Potret
Kampung Berlumut
Barisan
penghasil oksigen selalu sama
Melambai,
menanti angin
Dijajah oleh
waktu
Kini keropos
sudah
Gundukan tanah
yang terpijak
Enggan
bermetamorfosis
Cokelat saja
Padahal aku
ingin merah
Bau udara
semakin hambar
Habis sudah
kuperkosa dengan dua lubang
Langit mulai
berkarat
Bosan aku dengan
warna biru
Manusia-manusia
disini tak pernah bermimikri
Tapi tak bisa
jadi replika
Kota ini hanya
ada dipojok mata
Tapi menggusur
semua cakrawala yang ada
Disini, aku
berlari dalam lingkaran
Tak pernah ada
jalan keluar
Kecuali
dihancurkan sekalian
Disini, aku muak
dengan rasa nyaman
Aku ingin
merangkul kekacauan
Bukan pada
langit diatas ini
Dan bukan pada
pijakan dibawah kaki ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar