Kisah
si Tua
Lihatlah,
lagi-lagi mereka berjejer tak elak berbaris
Bermunculan,
membangkitkan kawan yang masih terbenam
Menyembulkan
diri dan menggapai udara
Menari tersapu
angin, melenggok beriringan
Menegakkan diri
tak tahu diri, merapatkan barisan
Mencengkeram si
hitam hingga pias
Membuang celah, menutup
jalan
Sang pemilik
berdehem parau
Mengayunkan
tumpuan dan menjejak ranah
Berdebam
mencecar pijakan telapak lima
Lihatlah,
guratan-guratan yang semakin tercetak mantap
Tiang putih
penyangga badan mereot-reot
Berdenging dan
bergemeletuk, menciptakan nyeri
Memaksa cakarwalanya
mengernyit
Berkawan dengan
meringis
Lihatlah, pagar
di lisannya tak lagi rapih
Tak lagi putih
Tak lagi
berperang mengoyak apapun yang sampai
Satu dua bahkan
lima enam memutuskan beranjak
Pergi tanpa
menunggu pemiliknya mati
Angkat kaki
tanpa ba bi bu dan tak kembali
Menyisakan
lekukan di pipi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar