Telapak
Lima Milik Ibu
Bu, apakah
manusia di bumi ini pandai berdusta?
Aku ingin
bertanya padamu, bu
Benarkah di
bawah telapak limamu bersarang sebuah surga?
Aku tak percaya,
bu
Rasa-rasanya itu
kata yang terlalu berbumbu
Ingin sekali aku bunuh jejak-jejak di pelataran bumi ini
Yang beretorika
hingga berair liur
Bahwa lambang
keindahan itu ada di alat pijakmu
Bagaimana aku
dapat melihatnya?
Bu, aku pikir
cakrawalaku buruk
Tak cukup jika
hanya bercumbu dengan dokter mata
Apalagi dengan
bantuan kacamata kuda
Apakah seperti
jin dan pasukannya yang lain?
Tak kasat mata,
tak berefleksi?
Ataukah seperti bayangan
yang lenyap dalam gelap?
Yang menindih
warna pekatnya
Tak terlihat,
tak nampak
Semu saja bagiku
Bukan hanya
letak surga yang fana
Telapak limamu
saja selalu pandai bermimikri
Tak pernah aku
kerling
Sulit untuk ku
jamah
Dan terlalu jauh
untuk ku kecup
Bu, surga
terlalu berbumbu
Rugi aku jika
berpijak ke dalamnya
Tapi tak pernah
mengendus telapak limamu
sebuah puisi untuk ibu
BalasHapus