“ Langit Berjuta Detik”
Sinar
matahari mulai meninggi dan menampakkan sosok cakrawala indah dan hangat yang
perlahan mulai menyembul di lautan awan tipis berkabut, angin bertiup semilir
melengkapi pagi yang cerah penuh simfoni keindahan dari Sang Pencipta. Namun
pagi yang indah itu bagi salah seorang
gadis remaja bukanlah “pagi”, karena setiap detik yang Ia lewati menurutnya
hanyalah malam yang kelam, Itulah yang ada di benak Kaila setiap Ia bangun dari
mimpinya dan mengawali hari dengan seadanya tanpa seulas senyum yang terpatri
di bibirnya dan tanpa rasa semangat.
“Sarapan
dulu nak” kata-kata itu terucap dari bibir wanita paruh baya yang terlihat
semakin menua. Matanya cekung dan terlihat sedikit berwarna hitam di bawah
kelopaknya, tetapi senyumnya masih terlihat cerah saat menyapa putri tunggalnya
untuk sarapan di setiap pagi.
“Tidak
usah bu, disekolah saja” jawab kaila.
“Oh
yasudah hati-hati di jalan, jangan bicara sendiri lagi saat menaiki motormu
itu, Ibu pusing mendengar tetangga yang menganggapmu kurang waras ”
“Berlakulah
tuli bu, apa yang aku lakukan bukanlah hal yang merugikan mereka”. Ucapan kaila
rupanya membuat hati sang ibu menjadi sedikit terluka, bukan karena ia merasa
tak di hargai sebagai seorang ibu, tapi ia menyesali dengan apa yang membuat
kaila menjadi seperti itu.
Kaila
bersekolah di sekolah SMA favorit di kotanya, dan baru hitungan minggu ia
memulai menginjakkan kaki di gedung sumber ilmu itu. Kaila memarkirkan sepeda
motornya di sebuah tempat di samping sekolah, tempat tersebut sedikit gelap,
tapi ia bisa melihat dan menyadari jika dialah siswa pertama yang datang ke sekolah.
Dengan berjalan menyusuri kelas-kelas yang masih kosong, ia mengutuk mengapa
kelasnya berada di belakang sehingga ia harus berjalan sejauh ini. Di sudut
ruangan yang ia lalui ia melihat kelasnya penuh dengan sampah dedaunan kering
yang di terbangkan oleh angin. Agaknya angin di pagi ini sedikit kurang
bersahabat hingga terasa sangat menusuk tulang. Kelasnya memang terletak di
sudut halaman dan terpisah dari bangunan kelas yang lainnya, hingga wajar saja
jika saat itu terlihat sangat sepi.
Sudah
lama ia menunggu di dalam kelas, tapi ia
tidak mengerti mengapa sudah hampir jam tujuh di kelasnya masih belum ada siswa
yang berangkat, ia pun memutuskan untuk menunggu lagi didalam kelas. Saat itu
ia menatap ke arah lapangan, ada seseorang yang sedang menatap langit seolah
sedang melihat sesuatu, dengan penasaran kaila mendekati seseorang tersebut
namun dengan jarak yang tidak terlalu dekat karena ia takut mengganggu,
sebaliknya kaila berdiri di belakang pepohonan sambil terus memperhatikannya.
Seseorang
tersebut terus menatap ke arah langit dengan tatapan heran seolah-olah ada yang
tidak beres dengan langit pada pagi itu. Ia seorang laki-laki berkulit putih
dengan perawakan yang tinggi dan wajahnya terlihat layu.
“Hai
langit, kenapa pagi ini kau tersenyum? seharusnya kau menangis, turunkanlah air
matamu ke bumi pembohong ini! Turunkanlah! Setidaknya Jangan biarkan hanya aku
saja yang menangis. Ah sudahlah kaupun sama saja” ucap laki-laki tersebut dan
kemudian pergi menjauh dari lapangan tanpa menyadari jika kaila sedang
memperhatikannya sejak tadi.
“Sungguh
aneh laki-laki itu, sepertinya ia kakak kelasku, tapi kenapa ia berkata seperti
tadi?” Kaila bergumam didalam hatinya.
Tiba-tiba
handphone Kaila bergetar dan di layar muncul nama adel
“kamu
dimana la? Belum berangkat kah? Cepat ke lab Ipa sekarang, kalau tidak kamu di
alpa sama pak Tio”.
“Ya ampun aku lupa kalau hari ini pelajaran
pertama langsung di lab Ipa”, tanpa membalas ucapan dari adel, dengan bergegas
kaila berlari menuju lab.
“Permisi pak, maaf saya terlambat”,
“Iya
masuk, yasudah lain kali jangan di ulangi lagi” ucap pak tio.
“kamu kemana saja la?” tanya adel
“bukan urusanmu” jawab kaila dengan nada
ketus,
“sudah untung aku sms kamu tadi, kalau
tidak apa jadinya?! Hardik adel yang merasa tak di hargai oleh kaila
“yasudah,
kalau tidak ikhlas anggap saja aku berhutang padamu!” (sementara
adel hanya diam dan bersabar dengan sikap sahabatnya itu)
Sebenarnya kaila bukanlah sosok
gadis yang pemarah, dahulu ia adalah gadis cantik yang baik hati dan sangat
peduli dengan perasaan teman-temannya, terlebih lagi sahabatnya, Ia tidak mau
menyakiti perasaan orang-orang yang ia sayangi dengan melukai perasaan mereka
dalam hal dan situasi apapun. Pada intinya Ia sangat berjiwa besar dan sangat
peduli dengan orang-orang yang dikasihinya. Namun sekarang Ia berubah karena Ia
selalu di sakiti oleh mereka yang selalu ia jaga perasaannya, dan kaila juga
berfikir bahwa yang dilakukannya selama ini menjadi orang yang selalu peduli
dan mengalah demi kebahagiaan mereka hanya sia-sia dan fiktif belaka tanpa
dihargai sama sekali, Ibarat kata air susu di balas dengan air tuba. Hingga
sekarang ia tidak lagi mempercayai adanya sosok teman, sahabat, dan siapapun
yang akan menolongnya jika ia berada dalam masalah atau kesulitan, Ia
menganggap mereka hanyalah figuran dalam hidupnya, dan Ia beranggapan bahwa
sebagai manusia harus menjalani hidupnya masing-masing tanpa bergantung dan
tanpa peduli kepada orang lain.
(di kelas)
“hai
kaila, aku minta air minum kamu ya, aku haus sekali” (adel langsung meminum air milik kaila tanpa persetujuan dari kaila)
namun tiba-tiba saja kaila melempar air minum yang sedang di minum oleh adel
sehingga membuat baju adel basah, dan Ia mendorong adel hingga jatuh terbentur
mengenai tiang meja dan membuat kening adel mengeluarkan darah yang sangat
banyak.
“awww sakiiiit” adel memekik sembari memegangi
keningnya
Bukannya menolong kaila justru berteriak
seraya menghardik “kamu orang miskin kah? Beli minum saja tidak mampu, jangan
minum punyaku, minum saja air SUNGAI!!” kaila membelalakan mata dan terlihat
sangat marah.
Siswa lain yang melihat kejadian tersebut
sontak langsung menolong adel yang sedang kesakitan. “kamu ini manusia bukan
la? sebegitu jahatnya kamu sama adel sahabat kamu sendiri, lihat dia, kasihan!
Teriak salah satu siswa
“dia
bukan sahabatku, aku tidak punya sahabat!” kata kaila.
“kamu
ini memang tidak punya hati, aku doakan kamu tidak akan pernah mempunyai teman sampai
kapanpun la!” ucap siswa lain yang menyahut.
“sudahlah,
aku tidak apa-apa, kaila tidak salah, aku yang salah sudah meminum minumannya
tanpa seizin kaila” rintih adel yang masih menahan sakit.
“ya,
aku memang tidak pernah menganggap kalian sebagai temanku, terlebih lagi kamu
del! Bahkan aku tidak pernah terlintas dalam otakku untuk menjadikan kau sahabat,
kalian tidak pernah mengerti apa yang pernah aku rasakan, aku benci kalian!
Teriak kaila sambil mengambil tas dan pergi meninggalkan kelas.
(sementara itu seluruh siswa di
dalam kelas menatap kaila dengan tatapan benci karena menganggap dia tidak mempunyai
hati)
Dibalik
kaca jendela kamar, kaila menatap ke arah langit dengan nanar.
“apa yang sebenarnya sudah terjadi pada diriku
ini, tidak seharusnya aku melakukan itu pada adel” ucap kaila yang sebenarnya
merasa sangat bersalah dan merasa bodoh dengan apa yang telah ia lakukan di
sekolah tadi. Sembari terisak matanya yang nanar untuk melihat tiba-tiba
menangkap sesuatu di sudut rak bukunya. Ia baru ingat jika itu adalah buku
diary yang sudah lama tidak ia gunakan lagi. di bukanya kembali buku diary dan
album foto miliknya saat masih duduk di bangku SMP, dan disitu terdapat foto
yang berisikan dua gadis cantik yang sedang tersenyum dengan tulisan “bestfriend
forever” yang tidak lain dan tidak bukan adalah foto kaila dan adel
“ah sudahlah dia memang
pantas mendapatkannya, hal itu belum sebanding dengan apa yang pernah dia
lakukan padaku waktu dulu. Kaila, kamu ini hidup sendiri.. persetan dengan
mereka yang “mengaku” berperan sebagai teman, terlebih lagi sahabat, aku tidak
percaya” gumam kaila, dan tanpa terasa mata indahnya kini telah menurunkan
hujan “lagi”
***
Pagi
ini langit mendung, tapi tidak turun hujan. seperti biasa kaila berangkat
terlalu pagi dan keadaan di sekolah masih terlalu sepi.
“ah sial, lagi-lagi masih sepi” gerutu kaila.
Dengan
malas ia duduk di kursi sembari mendengarkan musik dan termangu, kaila melihat
keluar melalui jendela kelasnya, dan terlihat ada sosok laki-laki itu lagi, ia
memutuskan untuk keluar dan bersembunyi di pepohonan untuk memperhatikan apa
yang sedang laki-laki itu lakukan.
“Kau
sedang sedih kah? Dasar kau ini cengeng, aku saja yang sekarang menjadi anak broken
home, tidak punya teman apalagi sahabat, hiduppun urakan, tapi aku masih bisa
tersenyum, hei langit jangan hiraukan kata-kataku waktu itu, sesulit apapun
hidup ini harus dijalani dengan senyuman. Kau sekarang temanku satu-satunya,”
ucap laki-laki itu sembari mendongak ke arah langit, menjulurkan tangan
kanannya ke atas dan menggenggam udara.
Merasa sudah tak tahan dengan apa yang
laki-laki itu lakukan, kaila mendekati laki-laki tersebut sambil berkata
“kamu ini gila yah? Bicara kok sama langit,
tidak punya teman apa harus seperti itu? Amit-amit aku jadi seperti kamu karena
tidak punya teman” ucap kaila sembari mendongak ke arah wajah laki-laki itu.
“kamu
ini bicara apa? Aku memang bicara dengan
langit, memangnya salah?” tanya laki-laki itu.
“oh, tidak. Yasudah” ucap kaila sembari
berlalu.
Tetapi
laki-laki itu menjulurkan tangannya sebelum kaila pergi.
“Reza” ucap laki-laki itu
“hah? Apa?” tanya kaila heran,”
“iya,
aku reza, kamu siapa?”
“aku
tidak butuh teman, terimakasih” ucap kaila ketus
“hei, siapa yang ingin menjadi temanmu? Aku
hanya ingin tahu siapa nama gadis lancang yang sudah mengganggu percakapanku
dengan langit”
“ohh seperti itu yah, oke namaku kaila, sudah
ya.. dan oh iya sampaikan rasa maafku juga pada temanmu “langit”. kaila menyindir sambil pergi meninggalkan Reza.
”hmm
gadis yang aneh” gumam Reza sembari tersenyum.
(di
kelas)
“La,
maafkan aku yah atas kejadian waktu kemarin” ucap adel sembari menjulurkan
tangan pada kaila.
“untuk
apa?” desis kaila
“untuk
semua kesalahanku”
“oh, kamu tidak perlu minta maaf del” ucap
kaila
“benarkah
la? Sungguh? Apa karena kamu telah memaafkanku?” adel tersenyum dan merasa
senang
“iya
benar, kamu tidak perlu meminta maaf padaku, karena kamu tidak akan pernah aku
maafkan sampai kapanpun” ujar kaila.
Mendengar
kata-kata itu adel langsung menangis dan bersimpuh di hadapan kaila
“harus
bagaimana agar kamu memaafkan aku La? Aku mau kita seperti dulu, dan kamu pun
menjadi sosok yang periang dan baik hati lagi, bukan seperti ini, aku menyesal
atas perbuatanku waktu itu, maafkan aku La, maafkan aku” tangis adel semakin
menjadi
“pergi kamu del, pergi dari hidupku!” (sembari menggebrak meja)
Siswa
lain yang melihat hal tersebut langsung mencaci maki kaila.
“Iya, aku tidak butuh kalian, aku bisa hidup
sendiri, AKU BISA HIDUP TANPA TEMAN! AKU BISA! Teriak kaila yang kemudian
berlari meninggalkan adel dan siswa lain di kelas.
Kaila
duduk dibawah pohon yang ada di taman belakang sekolah, Ia menangis
sejadi-jadinya, tak kuasa menghadapi apa yang telah terjadi seorang diri. Ia
tidak mengerti kenapa rasa benci kepada adel dan teman-teman yang sudah menyakitinya tidak pernah hilang dan
semakin menjadi.
“Aku
bisa hidup tanpa kalian yang hanya mengaku sebagai teman tapi tidak berperan
sebagai teman di hidupku, aku tidak butuh teman seperti kalian, aku tidak butuh
sahabat seperti kamu del, andai saja ayah masih disini, aku tidak akan seperti
ini, pasti aku akan menjadi gadis yang baik seperti dulu” isak kaila.
Tanpa
sadar sudah ada sosok laki-laki yang sudah duduk di samping kaila, yang tidak
lain adalah Reza.
“kadang, manusia memang tak pernah
puas dengan apa yang telah di genggam dari kedua tanggannya, manusia selalu ingin menggenggam hal-hal lain
dan tidak menyadari jika mereka hanya memiliki dua tangan untuk menggenggam
sesuatu, dan saat mereka ingin menggenggam sesuatu yang lain, mereka harus
melepaskan salah satu atau bahkan semua yang telah mereka genggam dari kedua
tangan itu sendiri, dan begitu seterusnya. Mereka tak pernah sadar, tak pernah
puas dan tak pernah bersyukur”
Seketika
itu pula kaila langsung menoleh dan berkata “apa maksudmu? Kau sedang bicara
dengan siapa? Pohon?” sindir kaila.
“kaila.. kaila.. Kamu masih beruntung La,
nasibmu masih bagus, bayangkan jika di bandingkan denganku. Orang tuaku
bercerai, tapi aku tidak memilih untuk ikut pada salah satu dari mereka, aku
memutuskan untuk hidup sendiri, biaya sekolahpun aku cari sendiri, aku tidak
punya teman dan di jauhi karena aku miskin, dan sahabatku satu-satunya telah
meninggal seminggu yang lalu” ujar Reza sembari menenangkan Kaila.
“tapi
rasanya sulit sekali menerima kenyataan dan menghilangkan rasa benci di hati
ini za” isak kaila.
(satu
tahun yang lalu)
“kaila!”, “iya
ayah, ada apa?” tanya kaila.
“Di
depan ada temanmu”
“oh
iya, hei adel ada apa kesini?”tanya kaila.
“hmm
a,, a aaku,,” ucap adel dengan terbata-bata
“kamu ini kenapa sih del?” tanya kaila dengan
heran.
“La, apa kamu masih menyukai Angga?”
“iya tentu aku masih suka del, dia itu belum
bisa aku lupakan, memangnya kenapa del?”
“hmm kemarin dia berkata jika ia menyukai aku
La, dan sekarang aku dan Angga sudah menjalin hubungan, kamu tidak marah kan
La?”
“apa? Kenapa kamu bisa menerima dia del? Apa
tidak ada laki-laki lain selain dia? Paling tidak kamu menghargai perasaan aku
sebagai sahabat kamu!” bentak kaila.
“tapi
aku menyukai dia La, mengalahlah demi aku, Angga tidak menyukaimu, Angga
menyukai aku La, aku!” bentak adel (akhirnya
kaila dan adel beradu mulut hingga saling melukai satu sama lain) seketika
itu pula ayah kaila datang untuk memisahkan mereka berdua, tetapi mereka malah
semakin menjadi dan membuat ayah kaila kewalahan dan penyakit jantungnya
kambuh, ayah kailapun jatuh terkapar dan meninggal dunia sebelum mendapatkan
pertolongan, semenjak itu kaila sangat membenci adel karena menganggap ia
sebagai penyebab kematian ayahnya. Bahkan ia merasa sangat bodoh dan malu
karena merasa bahwa penyebab kematian ayahnya adalah sesuatu yang sangat tidak
berguna.
“iya, aku mengerti perasaanmu La,
tapi sebaiknya kamu memaafkan adel dan menjalin persahabatan lagi sebelum
semuanya terlambat” ucap Reza.
“hah,
mudah saja kamu berkata seperti itu za, kamu tidak pernah merasakan apa yang
sedang aku rasakan!” ujar kaila.
“aku
pernah La, aku pun pernah kehilangan sosok sahabat yang aku kasihi hanya karena
seorang gadis, waktu itu kita menyukai gadis yang sama dan gadis itu lebih menyukai aku
daripada langit”
“apa? Langit?” tanya kaila.
“iya,
langit itu adalah nama sahabatku, setelah dia tidak ada, aku lebih sering
berbicara kepada langit seperti yang kamu lihat waktu itu, karena aku percaya
jika langit sahabatku mendengarkanku di atas sana”
“jadi, langit sudah meninggal?” tanya kaila
“ya,
dia meninggal karena overdosis setelah tahu jika gadis itu lebih memilihku,
tapi sungguh aku tidak menjadikan dia sebagai pacar, karena aku menghargai
persahabatanku dengan langit, tetapi langit sudah salah persepsi dan akhirnya
meninggal dunia” ucap Reza dengan nanar.
Kaila
melihat ada kesedihan yang sangat mendalam di mata reza, tapi kaila melihat
jika reza mencoba agar sesuatu itu tidak tumpah dari kedua matanya dan berusaha
untuk tetap terlihat tegar di depannya.
“ya, aku mengerti, tapi aku masih sangat sulit
memaafkan adel, terlebih lagi ayah sudah tiada, rasanya masih berat untuk
menerima semuanya za”
“cobalah walaupun butuh jutaan detik La,
sesungguhnya memiliki seorang sahabat itu lebih berarti daripada memiliki
seribu teman, dan kasih sayang seorang sahabat itu lebih indah daripada kasih
sayang yang di dapat dari seorang kekasih, percayalah.. kembalilah seperti dahuulu
lagi, mereka ada untuk melengkapi hidupmu walaupun hanya sebagai figuran,
karena sesungguhnya pemeran utama dalam sebuah cerita kehidupan takkan berarti
apa-apa tanpa adanya sosok figuran”
“iya,
aku akan menjadikan figuran-figuran tersebut lebih berarti dalam hidupku,
terimakasih za, terimakasih”
***
Nama : Vemy Rida Riawan
Kelas : X Administrasi Perkantoran 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar