Hari
Pendidikan Nasional untuk Hari Esok
Sebagai
bentuk apresiasi dan cenderung menyadur apa yang “Mereka” lakukan di hari ini, dengan segala suka cita
saya ucapkan Selamat hari Pendidikan Nasional. Semoga hari ini tidak hanya
diapresiasi dengan ucapan kata-kata kosong, dan kaki-kaki manusia yang berdiri
dilapangan pada pagi hari tadi tidaklah sia-sia. Ya, memang hal tersebut
sebagai nilai rasa yang tinggi dalam memperingati hari pendidikan nasional.
Mencitrakan orang-orang yang bersliweran dalam ruang lingkup pendidikan yang mengerti
dan paham bagaimana cara menghargai Hardiknas. Tapi tentu saja hari ini bukanlah
hari “Upacara”. Hari pendidikan nasional tidak hanya selesai dengan cara
menghormati bendera dibawah terik matahari dan mengenang jasa pahlawan bak hari
kemerdekaan. “Lantas bagaimana? Toh dari dulu sudah begitu”.
Buka cakralawa anda selebar mungkin,
jangan merasa nyaman ketika sebenarnya anda hanya berdiri diatas daun talas
yang luasnya beberapa jengkal dan terombang-ambing hanya pada satu pusaran, sehingga
dengan mudah melupakan banyak hal yang harus direvisi dan dibenahi secara
global. Disini saya tidak pro ataupun kontra dengan pihak manapun. sebagai
mahasiswi prodi pendidikan, saya menilai dari kacamata saya sendiri dan
setidaknya saya tidak menutup mata dengan pendidikan yang akan menjadi bidang
saya kelak. Ini hanya spekulasi dan argumen yang mungkin bersifat pribadi,
tetapi saya pastikan dapat dipertanggungjawabkan dengan potret yang selama ini
memang benar terjadi.
Diperuntukan
untuk siapa ketika saya menuding kata “Anda?”, hal itu bukanlah untuk
perseorangan dan individual ataupun kelompok tertentu, saya juga tidak akan
menambah telunjuk yang telah penuh sesak dimuka pemerintah. Cukup mereka saja
yang mengacungkan telunjuk dan lagi-lagi menuding pemerintah sebagai
satu-satunya pihak yang mutlak untuk disalahkan. Mau jadi apa? Ketika negara
ini diliputi berbagai permasalahan, setiap manusia seolah berlomba dan hanya mencari-cari siapa yang disalahkan dan
siapa yang harus bertanggungjawab, bukan mencari titik terang berupa solusi.
Mereka tidak pernah menyadari bahwa dengan begitu hanya akan menambah persoalan
yang akan semakin mengekor, walaupun sejatinya pihak yang bersalah selalu
berlaku dan menjadi sorotan utama dimata hukum.
Tetapi
dalam dunia pendidikan, yang terpenting bukanlah persoalan siapa yang salah
dalam bobroknya pendidikan di negara ini, Tentu saja pendidikan menjadi hal
yang kompleks ketika diperbincangkan. Mengapa bisa demikian? pendidikan akan
semakin kompleks ketika problematika semakin merajalela disetiap sudut komponennya.
Apa itu pendidikan? Dalam definisi telah berkoar-koar bahwa pendidikan adalah
usaha untuk memanusiakan manusia. Tetapi yang sebenarnya ada dibenak masyarakat
diluar kasta yang mereka miliki, pendidikan adalah “Sesuatu yang mahal”.
Pendidikanpun berubah menjadi hal mewah yang hanya berlaku bagi orang-orang yang mengantongi sekian banyak
Soekarno disakunya. dan yang hanya menggenggam pattimura bahkan logam menjadi
awam dengan kata pendidikan dan seolah haram hukumnya walaupun hanya
membayangkan bagaimana rasanya mendapat pendidikan. jika sudah begitu, kelak
pendidikan hanya dianggap menjadi kebutuhan tersier!
Sengkarut
sistem kurikulum yang seharusnya menjadi patokan dalam berjalannya sistem pembelajaran
di sekolah justru selalu dibolak-balik seperti tempe goreng. Berharap agar
lebih matang tetapi gosong yang didapat!
Belum lagi permasalahan pemerataan pendidikan. Nun jauh dibagian timur
sana seolah menjadi kawasan yang sulit untuk dijamah, padahal tidak demikian.
mereka hanya selalu terkucilkan! bukan hanya masalah pembangunan, tetapi
pemerolehan pendidikan dan intelelektual yang seolah hanya diberi jatah secuil
saja. Hingga akhirnya bagian timur selalu berdiri paling belakang terutama
dalam hal pendidikan, bukan sesuatu yang aneh jika kawasan di Indonesia sulit
untuk disamaratakan pada pembagian pengetahuan melalui jalur pendidikan karena
berbagai faktor lain, seperti ketersediaan pahlawan tanpa jasa yang jarang
sekali sudi ditempatkan dititik-titik terpencil seperti dibagian timur karena
berbagai alasan. Padahal tidak sedikit yang telah mengabaikan tugas mulia yang
dipikulnya, Lagi-lagi kesejahteraan yang selalu dituntut hingga nadi mengurat, lantas
bagaimana kesejahteraan anak-anak didik mereka? Bukan hanya tugas pemerintah,
tetapi gurulah yang memainkan peran paling penting, ideologi mereka dituntut
untuk menghasilkan anak-anak pengganti bangsa yang mampu membangun negeri ini
menjadi lebih baik. Sekolah adalah lembaga dan tempat untuk melahirkan mereka,
tidak sedikit orang-orang besar yang lahir karena proses di sekolahnya. Jangan
jadikan sekolah hanya sebagai mesin pencetak ijazah dengan nama-nama yang kelak
akan menambah panjang daftar pengangguran! Masih banyak lagi bukan? Memang tidak
akan ada habisnya jika berbicara problematika pendidikan. lantas apa yang salah
dengan pendidikan di Indonesia? Mari kita bandingkan dengan negara yang
memiliki pendidikan terbaik di dunia. Bukan Amerika, Inggris, Australia,
Jerman, Jepang ataupun negara besar dan maju lainnya. tetapi negara tersebut
adalah Finlandia, mungkin cukup terdengar asing karena negara tersebut tidak
memiliki andil yang besar dalam dunia seperti negara yang telah saya sebutkan
tadi. Tetapi itulah kenyataannya. Finlandia bukan negara besar, tetapi menjadi
negara dengan pendidikan terbaik didunia. Bagaimana dengan negara kita?
Bukankah negara kita negara yang besar?
Jangan
buat semakin bobrok pondasi pendidikan di negeri ini. untuk apa adanya tripusat
pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara. Tripusat pendidikan bukan
hanya pepatah ataupun kata-kata semata. Tetapi beliau secara tidak langsung
telah mengisyaratkan harus adanya keterkaitan antara bidang formal(sekolah),
informal(keluarga) dan nonformal(masyarakat) dalam membangun pendidikan. jadi
siapapun anda, pasti berperan penting dalam hal pendidikan karena merupakan
anggota dari tripusat tersebut.
Masih
banyak lagi persoalan yang tidak akan selesai jika semua orang hanya bisa
menuntut dan menuding. Kapan kita sadar bahwa kita berdiri dengan tugas
masing-masing. dan apabila tugas tersebut dilakukan sejalan dengan kode etik
dan tidak menyalahi aturan, saya yakin pendidikan akan mengalami peningkatan
yang signifikan. Jangan meminta contoh konkret, tetapi buatlah contoh konkret
itu dalam realita hidup anda sendiri. Sekali lagi siapapun anda, Jangan menjadi
manusia yang tidak memiliki perbedaan dari seekor kambing! Bukan kekuasaan,
kekayaan, atau bahkan kecerdasan yang menjadi takaran. Bahkan William James
Sidis, manusia terpintar didunia sepanjang masa. beliau tidak banyak dikenang
oleh banyak orang, jangankan untuk dikenang. Hanya segelintir orang yang
mengetahui bahwa ia adalah manusia terpintar didunia. Karena apa? Setelah
meninggal beliau hanya meninggalkan seonggok nama. Tanpa karya dan kreativitas,
dan tanpa hal yang berguna bagi manusia lainnya.
Sebenarnya
pendidikanpun sama, pendidikan merupakan nama dan wadah yang besar untuk
pengembangan manusia untuk menjadi lebih baik bermodalkan pengetahuan dan
pengalaman, tetapi ketika pendidikan hanya dijadikan tempat untuk formalitas
dan tanpa adanya upaya untuk membuat orang-orang didalamnya berguna, maka
pendidikan hanya akan menjadi deretan kata tanpa arti yang selalu diperingati
dengan cara berupacara bendera pada tanggal 2 mei. Dan akan selalu begitu
seterusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar