Jumat, 08 Mei 2015

Hari Pendidikan Nasional untuk Hari Esok

Hari Pendidikan Nasional untuk Hari Esok

              Sebagai bentuk apresiasi dan cenderung menyadur apa yang “Mereka”  lakukan di hari ini, dengan segala suka cita saya ucapkan Selamat hari Pendidikan Nasional. Semoga hari ini tidak hanya diapresiasi dengan ucapan kata-kata kosong, dan kaki-kaki manusia yang berdiri dilapangan pada pagi hari tadi tidaklah sia-sia. Ya, memang hal tersebut sebagai nilai rasa yang tinggi dalam memperingati hari pendidikan nasional. Mencitrakan orang-orang yang bersliweran dalam ruang lingkup pendidikan yang mengerti dan paham bagaimana cara menghargai Hardiknas. Tapi tentu saja hari ini bukanlah hari “Upacara”. Hari pendidikan nasional tidak hanya selesai dengan cara menghormati bendera dibawah terik matahari dan mengenang jasa pahlawan bak hari kemerdekaan. “Lantas bagaimana? Toh dari dulu sudah begitu”.
            Buka cakralawa anda selebar mungkin, jangan merasa nyaman ketika sebenarnya anda hanya berdiri diatas daun talas yang luasnya beberapa jengkal dan terombang-ambing hanya pada satu pusaran, sehingga dengan mudah melupakan banyak hal yang harus direvisi dan dibenahi secara global. Disini saya tidak pro ataupun kontra dengan pihak manapun. sebagai mahasiswi prodi pendidikan, saya menilai dari kacamata saya sendiri dan setidaknya saya tidak menutup mata dengan pendidikan yang akan menjadi bidang saya kelak. Ini hanya spekulasi dan argumen yang mungkin bersifat pribadi, tetapi saya pastikan dapat dipertanggungjawabkan dengan potret yang selama ini memang benar terjadi.
            Diperuntukan untuk siapa ketika saya menuding kata “Anda?”, hal itu bukanlah untuk perseorangan dan individual ataupun kelompok tertentu, saya juga tidak akan menambah telunjuk yang telah penuh sesak dimuka pemerintah. Cukup mereka saja yang mengacungkan telunjuk dan lagi-lagi menuding pemerintah sebagai satu-satunya pihak yang mutlak untuk disalahkan. Mau jadi apa? Ketika negara ini diliputi berbagai permasalahan, setiap manusia seolah berlomba dan  hanya mencari-cari siapa yang disalahkan dan siapa yang harus bertanggungjawab, bukan mencari titik terang berupa solusi. Mereka tidak pernah menyadari bahwa dengan begitu hanya akan menambah persoalan yang akan semakin mengekor, walaupun sejatinya pihak yang bersalah selalu berlaku dan menjadi sorotan utama dimata hukum.
           Tetapi dalam dunia pendidikan, yang terpenting bukanlah persoalan siapa yang salah dalam bobroknya pendidikan di negara ini, Tentu saja pendidikan menjadi hal yang kompleks ketika diperbincangkan. Mengapa bisa demikian? pendidikan akan semakin kompleks ketika problematika semakin merajalela disetiap sudut komponennya. Apa itu pendidikan? Dalam definisi telah berkoar-koar bahwa pendidikan adalah usaha untuk memanusiakan manusia. Tetapi yang sebenarnya ada dibenak masyarakat diluar kasta yang mereka miliki, pendidikan adalah “Sesuatu yang mahal”. Pendidikanpun berubah menjadi hal mewah yang hanya berlaku bagi  orang-orang yang mengantongi sekian banyak Soekarno disakunya. dan yang hanya menggenggam pattimura bahkan logam menjadi awam dengan kata pendidikan dan seolah haram hukumnya walaupun hanya membayangkan bagaimana rasanya mendapat pendidikan. jika sudah begitu, kelak pendidikan hanya dianggap menjadi kebutuhan tersier!
                 Sengkarut sistem kurikulum yang seharusnya menjadi patokan dalam berjalannya sistem pembelajaran di sekolah justru selalu dibolak-balik seperti tempe goreng. Berharap agar lebih matang tetapi gosong yang didapat!  Belum lagi permasalahan pemerataan pendidikan. Nun jauh dibagian timur sana seolah menjadi kawasan yang sulit untuk dijamah, padahal tidak demikian. mereka hanya selalu terkucilkan! bukan hanya masalah pembangunan, tetapi pemerolehan pendidikan dan intelelektual yang seolah hanya diberi jatah secuil saja. Hingga akhirnya bagian timur selalu berdiri paling belakang terutama dalam hal pendidikan, bukan sesuatu yang aneh jika kawasan di Indonesia sulit untuk disamaratakan pada pembagian pengetahuan melalui jalur pendidikan karena berbagai faktor lain, seperti ketersediaan pahlawan tanpa jasa yang jarang sekali sudi ditempatkan dititik-titik terpencil seperti dibagian timur karena berbagai alasan. Padahal tidak sedikit yang telah mengabaikan tugas mulia yang dipikulnya, Lagi-lagi kesejahteraan yang selalu dituntut hingga nadi mengurat, lantas bagaimana kesejahteraan anak-anak didik mereka? Bukan hanya tugas pemerintah, tetapi gurulah yang memainkan peran paling penting, ideologi mereka dituntut untuk menghasilkan anak-anak pengganti bangsa yang mampu membangun negeri ini menjadi lebih baik. Sekolah adalah lembaga dan tempat untuk melahirkan mereka, tidak sedikit orang-orang besar yang lahir karena proses di sekolahnya. Jangan jadikan sekolah hanya sebagai mesin pencetak ijazah dengan nama-nama yang kelak akan menambah panjang daftar pengangguran! Masih banyak lagi bukan? Memang tidak akan ada habisnya jika berbicara problematika pendidikan. lantas apa yang salah dengan pendidikan di Indonesia? Mari kita bandingkan dengan negara yang memiliki pendidikan terbaik di dunia. Bukan Amerika, Inggris, Australia, Jerman, Jepang ataupun negara besar dan maju lainnya. tetapi negara tersebut adalah Finlandia, mungkin cukup terdengar asing karena negara tersebut tidak memiliki andil yang besar dalam dunia seperti negara yang telah saya sebutkan tadi. Tetapi itulah kenyataannya. Finlandia bukan negara besar, tetapi menjadi negara dengan pendidikan terbaik didunia. Bagaimana dengan negara kita? Bukankah negara kita negara yang besar?
                   Jangan buat semakin bobrok pondasi pendidikan di negeri ini. untuk apa adanya tripusat pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara. Tripusat pendidikan bukan hanya pepatah ataupun kata-kata semata. Tetapi beliau secara tidak langsung telah mengisyaratkan harus adanya keterkaitan antara bidang formal(sekolah), informal(keluarga) dan nonformal(masyarakat) dalam membangun pendidikan. jadi siapapun anda, pasti berperan penting dalam hal pendidikan karena merupakan anggota dari tripusat tersebut.
                   Masih banyak lagi persoalan yang tidak akan selesai jika semua orang hanya bisa menuntut dan menuding. Kapan kita sadar bahwa kita berdiri dengan tugas masing-masing. dan apabila tugas tersebut dilakukan sejalan dengan kode etik dan tidak menyalahi aturan, saya yakin pendidikan akan mengalami peningkatan yang signifikan. Jangan meminta contoh konkret, tetapi buatlah contoh konkret itu dalam realita hidup anda sendiri. Sekali lagi siapapun anda, Jangan menjadi manusia yang tidak memiliki perbedaan dari seekor kambing! Bukan kekuasaan, kekayaan, atau bahkan kecerdasan yang menjadi takaran. Bahkan William James Sidis, manusia terpintar didunia sepanjang masa. beliau tidak banyak dikenang oleh banyak orang, jangankan untuk dikenang. Hanya segelintir orang yang mengetahui bahwa ia adalah manusia terpintar didunia. Karena apa? Setelah meninggal beliau hanya meninggalkan seonggok nama. Tanpa karya dan kreativitas, dan tanpa hal yang berguna bagi manusia lainnya.
                  Sebenarnya pendidikanpun sama, pendidikan merupakan nama dan wadah yang besar untuk pengembangan manusia untuk menjadi lebih baik bermodalkan pengetahuan dan pengalaman, tetapi ketika pendidikan hanya dijadikan tempat untuk formalitas dan tanpa adanya upaya untuk membuat orang-orang didalamnya berguna, maka pendidikan hanya akan menjadi deretan kata tanpa arti yang selalu diperingati dengan cara berupacara bendera pada tanggal 2 mei. Dan akan selalu begitu seterusnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar