Jumat, 25 Desember 2015

Cerpen "Langkah Kaki Pemburu Uang Receh" (Terinspirasi dari Sajak Orang Miskin Karya W.S Rendra)


            Apa istimewanya uang receh? bernominal kecil dan hanya membuat berat isi dompet. Belum lagi jika berserakan dan menggelinding tak mau berhenti. Duh, lebih baik singkirkan saja. Tapi hari itu saat aku berdiri dibawah terik, sebuah koin bergambar burung garuda menggelinding syahdu dengan suaranya yang khas, dan memarkirkan diri tepat didepan kakiku. Aku tertunduk, kemudian menyapu pandangan kesekitar orang-orang yang berbaris memeganggi gagang motornya. Milik siapa ini? dengan cepat aku injak koin garuda itu. Tidak ada yang memasang gerak-gerik kehilangan, ya.. aku selalu benar, uang receh memang tidak terlalu dicari dan dipermasalahkan.
            Aku tetap berdiri dan menunggu, bahkan mulai celingukan memutar leher, entah menunggu apa, aku hanya ingin mencari raut wajah yang merasa kehilangan, kebingungan, atau apa sajalah yang berkaitan dengan itu. Tapi nihil, aku lelah berdiri. Kuputuskan untuk memberikan koin itu pada pak Bonar, cepat sekali beliau datang. Seperti biasa dia sudah duduk bersedekap sembari menjulurkan wadah kaleng kosong pada barisan yang telah mendapatkan giliran.
            Aku masukkan koin garuda itu hingga menimbulkan suara “Pluk” yang membuat pak Bonar kaget. Rupanya, koin garuda itu menjadi koin pertamanya untuk hari ini.
            “Heh bocah, sedang apa kau ini? bersedekah?” Pak Bonar bersungut-sungut, memamerkan deretan giginya yang kuning tak pernah digerilya oleh pasta gigi. ia tidak rela jika koin pertamanya berasal dari tanganku. Aku hanya bisa terkekeh melihat wajahnya yang tentu saja tidak pernah pula terguyur air hingga menjadi semakin kusut.
            “Walah pak Bonar, jangan kau marahi bocah ingusan ini, tadi aku nemu, tetapi entah milik siapa” aku menjawab sembari menggaruk rambutku yang gatal.
            “Lalu kenapa tidak kau kantongi saja? Sudah merasa kaya atau bagaimana kau ini hah? Aku seperti lebih rendah darimu saat tanganku berada dibawah tanganmu seperti tadi”
            “Bukan seperti itu pak Bonar, aku merasa itu bukan punyaku, wong aku Cuma nemu kok, takut ngga berkah. Yawis nggo pak Bonar bae” aku melambaikan tangan dan berlalu ke pengisian sebelah tanpa menanti jawaban pak Bonar, bagiku Tuhan telah mengatur rezeki hari ini. dan koin garuda tadi bukan rezekiku.
            Aku mulai menghampiri barisan orang-orang yang memegangi gagang motor lagi, berdiri menunggu giliran. Kali ini ada beberapa mobil yang ikut mengantri dibarisan yang berbeda. Seperti biasa, pagi selalu diwarnai dengan kesibukan kota. Aku juga ingin sibuk seperti mereka. Baiklah, aku mulai mengalungkan benda itu keleherku, dan menabuhkan dua kayu yang diujungnya telah kuikat dengan kain, menabuh-nabuh pada dua paralon yang kedua ujungnyapun kurekatkan karet yang lebar. Ini bukan alat musik, tapi tak apalah kujadikan sebagai pengiring sibuknya pagi ini. aku siap berburu uang receh.

***
            Lihatlah, adik kecilku itu sedang menanti kedatanganku, duduk memangku kaki dibalai-balai reot. Tapi ada yang aneh, adikku itu makan sembari menangis. Ada apa gerangan? Sontak aku menghampirinya. “Ada apa? Kenapa menangis?” aku mengusap cucuran air mata  yang menetes, adikku tak menjawab. Tetap makan dari piring seng berkarat dan ya, tetap sembari menangis. “Aku tidak mau makan dengan nasi basi kak, tapi perutku sangat lapar. Awalnya tadi aku tidak ingin memakan nasi ini, tapi setelah merasa lapar yang tak terkira aku makan juga nasi ini kak” ucap adikku sembari tersedu-sedu.
            Oh begitu rupanya, aku terenyuh. Lidahku kelu, bingung hendak berbuat apa. Melarangnya melanjutkan makan nasi basi itu atau membiarkannya. Hatiku berontak, tapi lisanku tak dapat mewakilkan dengan kata-kata. Kuputuskan untuk masuk kedalam rumah, mencari sosok ibu. “Berapa banyak nak?” ibu berucap tanpa menoleh kearahku. “Tidak banyak bu, hanya beberapa” ucapku sekenanya.
            “Yasudah, malam ini kita makan nasi basi lagi. Kau sudah lihat adikmu itu kan? Dia meraung-raung sejak pagi, lantas ibu harus bagaimana? Berdiripun tak dapat, ayahmu tak kunjung balik sejak petang kemarin. Entah mencari uang dimana lelaki itu” Ibu menahan nafas dikata terakhirnya, aku hanya bisa menatap sosoknya yang mungkin telah lelah berbaring. Menghabiskan hari berpagut dengan kasur lapuk. Dan aku tahu ibu pasti sedang menahan laparnya lagi. entah untuk yang keberapa kalinya, aku tidak bisa merangkai kata-kata untuk mencurahkan segala rasa sesak yang ingin menyembul keluar dari dadaku. Mungkin juga sudah busuk karena tak mampu kutumpahkan.
             Aku berlalu pergi meninggalkan ibu, dan adik kecilku yang masih menangis di depan rumah. Senja ini, kuputuskan untuk kembali ke tempat berburu koin lagi. Berharap dapat memperbaiki “Kualitas nasi” yang ibu dan adik makan untuk malam ini.
         Matahari mulai tergelincir, semua bergegas pulang, terkecuali aku yang justru bergegas melawan arus. Pak Bonar sudah meringkuk dipojok selokan. Ah Tuhan.. jadikan aku anak yang pandai bersyukur. Paling tidak masih ada atap yang sudi dijadikan tempat untukku dan keluargaku bernaung. Tapi tak ada yang membedakan, kamilah penyandang status itu, dibalik ratusan profesi dan nama julukan didunia ini. kami hanya layak mendapatkan status “Orang-orang miskin”. Yang berharap banyak dari uang receh yang bagi sebagian besar orang diabaikan, tapi bagiku atau bahkan bagi kami orang-orang miskin, satu uang receh bernilai satu langkah pengharapan untuk kami agar tetap memiliki impian untuk hidup. Biarkan kami mengais-ngais bak sampah, gelandangan? Biarkan kami dijuluki demikian, tak perlulah bagi kami mengemis dan berteriak akan keadilan. Yang entah darimana datangnya, dan yang tak tahu harus berasal dari uluran tangan siapa. Biarkan uang receh menjadi pengharapanku. Impianku hanya satu, membuat kualitas makanan untuk ibu dan adikku, menjadi lebih baik. tanpa ada campuran ketidakjujuran dan menunggu berkah serta rezeki dari Tuhan.


Vemy Rida Riawan, 24 Maret 2015






Rabu, 09 Desember 2015

Makalah Motivasi Belajar Siswa


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Salah satu faktor dari dalam diri yang menentukan berhasil tidaknya dalam proses belajar mengajar adalah motivasi belajar. Dalam kegaitan belajar, motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kealngsungan dari kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat non intelektual. Seseorang yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya.
            Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik guru maupun siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar sehingga siswa dapat terdorong untuk melakukan prbuatan belajar. Siswa melakukan aktivitas belajar dengan senang karena didorong motivasi. Sedangkan faktor dari luar diri siswa yang dapat mempengarui belajar adalah faktor metode pembelajaran. Selain siswa, faktor terpenting yang ada dalam kegiatan pembelajaran adalah guru. Guru sebagai pengajar yang memberikan ilmu pengetahuan sekaligus pendidik yang mengajarkan nilai-nilai, akhlak, moral maupun sosial dan untuk menjalankan peran tersebut seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, yang nantinya akan diajarkan kepada siswa. Oleh karena itu, motivasi sangat mempengaruhi bagi kelangsungan kegiatan belajar dan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan akan dibahas lebih mendalam dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah
            1. Apa yang dimaksud dengan motivasi?
            2. Mengapa motivasi penting dalam kegiatan belajar siswa?
            3. Apa saja yang termasuk kedalam jenis dan sifat motivasi?
            4. Apa saja unsur-unsur yang dapat mempengaruhi motivasi belajar?
            5. Apa saja upaya untuk meningkatkan motivasi belajar?
            6. Apa saja fungsi dan ciri dari motivasi?
            7. Apa saja komponen utama motivasi?
            8. Bagaimana rekayasa motivasi belajar pada siswa?

1.3 Tujuan Penulisan
            1. Untuk mengetahui pengertian motivasi.
            2. Untuk mengetahui mengapa motivasi penting dalam kegiatan belajar.
            3. Untuk mengetahui jenis-jenis dan sifat motivasi.
            4. Untuk mengetahui unsur-unsur yang dapat mempengaruhi motivasi belajar.
            5. Untuk mengetahui upaya meningkatkan motivasi belajar.
            6. Untuk mengetahui fungsi dan ciri motivasi.
            7. Untuk mengetahui komponen utama motivasi.
            8. Untuk mengetahui rekayasa motivasi belajar pada siswa.

1.4 Manfaat
            1. Dapat menambah wawasan mengenai motivasi belajar.
            2. Dapat menjadi bahan bacaan untuk mahasiswa FKIP ataupun guru yang ingin mempelajari mengenai motivasi belajar siswa.

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1  Motivasi
            Pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar. Kekuatan penggerak tersebut berasal dari berbagai sumber pada peristiwa pertama, motivasi siswa yang rendah menjadi lebih baik setelah siswa memperoleh informasi yang benar. Pada peristiwa kedua, motivasi belajar dapat menjadi rendah dan dapat diperbaiki kembali. pada kedua peristwa tesebut peranan guru untuk mempertinggi motivasi belajar siswa sangat berarti. Pada peristiwa ketiga, motivasi diri siswa tergolong tinggi, timbul pertanyaan-pertayaan seperti (i) kekuatan apa yang menjadi penggerak belajar ssisiwa, (ii) berapa lama kekuatan tesebut berpengaruh dalam kegiatan belajar, dan (iii) dapatkah kekuatan tersebut dipelihara?
            Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motviasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi, terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Kowswara, 1989, Siagian, 1089;Schein, 1991; Biggs & Telfer, 1987).

2.2 Pentingnya Motivasi dalam Belajar
            Penelitian psikologi banyak menghasilkan teori-teori motivasi tentang perilaku. Subjek terteliti dalam motivasi ada yang berupa hewan dan ada yang berupa manusia. Peneliti yang menggunakan hewan adalah tergolong peneliti biologis dan behavioris. Peneliti yang menggunakan terteliti manusia adlaah peneliti koginitif, temuan ahli-ahli tersebut bermanfaat untuk bidang industri, tenaga kerja, uursan pemasaran, rekruiting militer, kosultasi, dan pendidikan. para ahli berpendapat bahwa motivasi perilaku manusia berasal dari kekuatan mental umum, insting, dorongan, kebutuhan, proses kognitif, dan interaksi.
            Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan bekerja, belajar menimbulkan perubahan mental pada diri siswa. Bekerja menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri pelaku dan orang lain. Motivasi belajar dan motivasi bekerja merupakan penggerak kemajuan masyarakat. Kedua motivasi tersebut perlu dimiliki oleh siswa SLTP dan SLTA. Sedangkan guru SLTP dan SLTA dituntut memperkuat motivasi siswa SLTP dan SLTA.
            Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagi berikut :
(1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir, contohnya, setelah seorang siswa membaca suatu bab buku bacaan, dibandingkan dengan temannya sekelas yang juga membaca tab tersebut, ia kurang berhasil menangkap isi, maka ia terdorong membaca lagi,
(2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibadningkan dengan teman sebaya; sebagai ilustrasi, jika terbukti usaha belajar seroang siswa belum memadai, maka ia berusaha setekun temanya yang belajar dan berhasil.
(3) Mengarahkan kegiatan belajar, sebagai ilustrasi, setelah ia ketahui bahwa dirinya belum belajar secara serius, terbukti banyak bersenda gurau misalnya, maka ia akan mengubah perilaku belajarnya.
(4) Membesarkan semangat, sebagai ilustrasi, jika ia telah menghabiskan dana belajar dan masih ada adik yang dibiayai orang tua, maka ia berusaha agar cepat lulus.
(5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja ( di sela-selanya adalah istirahat atau bermain) yang bersinambungan; individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikia rupa sehingga dapat berhasil. Sebagai ilustrasi,, setiap hari siswa diharapkan untuk elajar di rumah, mmebantu pekerjaan orang tua, dan bermain dengan temn sebaya; apa yang dilakukan diharapkan dapat berhasil memuaskan, kelima hal tersebut menunjukkan betaa pentingnya motivasi tersebut disadari oleh pelakunya sendiri. Bila motivasi disadari oleh pelaku, maka sesuatu pekerjaan, dalam hal ini tugas belajar akan terselesaikan dengan baik.
            Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa beranfaat bagi guru, manfaat itu sebagai berikut :
             (1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil; membangkitkan, bila siswa tak bersemangat; meningkatkan, bila semangat belajarnya timbul tenggelam; memelihara, bila semangatnya telah kuat untuk mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini, hadiah, pujian, dorongan, atau pemicu semangat dapat digunakan untuk mengorbankan semangat belajar.
            (2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-ragam; ada yang acuh tak acuh, ada yang tak memuastkan perhatian, ada yang bermain, di samping yang bersemangat untuk belajar. Diantara yang bersemangat belajar, ada yang tidak berhasil dan berhasil. Dengan bermacam-ragamnya motivasi belajar tersebut, maka guru dapat menggunakan bermacam-macam strategi mengajar belajar.
            (3) meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik. Peran pedagogis tersebut sudah barang tentu sesuai dengan perilaku siswa.
            (4) memberi peluang guru untuk “ujuk kerja” rekayasa pedagogis, tugas guru adalah membuat semua siswa belajar sampai berhasil. Tantangan profesionalnya justru terletak pada “mengubah” siswa tak berminat menjadi bersemangat belajar. “Mengubah” siswa cerdas yang acuh tak acuh menjadi bersemangat belajar.

2.3 Jenis dan Sifat Motivasi
            Motivasi, sebagai kekuatan mental individu, memiliki tingkat-tingkat Para ahli ilmu jiwa mempunyai pendapat yang berbeda tentang tingkat kekuatan tersebut. Perbedaan pendapat  tersebut umumnya didasarkan pada penelitian tentang perilaku belajar pada hewan. Meskipun mereka berbeda pendapat tentang tingkat kekuatannya, tetapi mereka umumnya sependapat bahwa motivasi tersebut dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu (i) motivasi primer dan (ii) motivasi sekunder. 
AJenis Motivasi
            Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar.  Motif- motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Manusia adalah mahluk berjasmani, sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya.  Mc dougall misalnya, berpendapat bahwa tingkah laku terdiri dari pemikirian tentang tujuan, perasaan subjektif, dan dorongan mencapai kepuasan.  Insting itu memiliki tujuan dan memerlukan pemuasaan. Tingkah laku insting tersebut dapat diaktikan, dimodifikasi, dipicu secara spontan, dan dapat diorganisasikan. Diantara insting yang penting adalah memelihara, mencari makan, melarikan diri, berkelompok, mempertahankan diri, rasa ingin tahu, membangun, dan kawin (koeswara,1989; jalaludin rakhmat, 1991) . 
            Ahli lain, Freud berpendapat bahwa insting memiliki empat ciri, yaitu tekanan, sasaran, objek, dan sumber. Tekanan adalah kekuatan yang memotivasi individu untuk bertingkah laku.  Semakin besar energi dalam insting, maka tekanan terhadap individu semakin besar. Sasaran insting adalah kepuasan atau kesenagan. Kepuasan tercapai, bila tekanan energi pada insting berkurang. Sebagai ilustrasi, keinginan makan berkurang bila individu masih kenyang. Objek insting adalah hal-hal yang memuaskan insting. Hal-hal yang memuaskan insting tersebut dapat berasal dari luar individu atau dari dalam diri individu. Adapun sumber insting adalah keadaan kejasmanian individu. Segenap insting manusia dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu insting kehidupan (life instincst) dan insting kematian (death instincts). insting-insting kehidupan terdiri dari insting yang bertujuan memelihara kelangsungan hidup. Insting kehidupan tersebut berupa makan, minum, istirahat, dan memelihara keturunan. Insting kematian tertuju pada penghancuran, seperti merusak, menganiaya, atau membunuh orang lain atau diri sendiri. 
            Menurut Freud, energy bekerja memlihara keseimbangan fisik. Insting bekerja sepanjang hidup. Yang mengalami perubahan adalah cara pemuasan atau objek pemuasan. Tingkah laku individu yang memuaskan insting dapat secara langsung atau dengan menekan; penekanan insting tersebut tidak menghilangkan energi. Penekanan insting tersebut diupayakan masuk kedalam alam tidak sadar. Insting yang ditekan berkaitan dengan seksualitas dan agresivitas. Penekanan insting ke alam ketidaksadaran merupakan salah satu kunci perilaku motivasi. Tingkah laku manusia sedemikian kompleks, ada yang dapat dikenali dari alam sadarnya, dan ada pula yang bersal dari alam tak sadarnya (Koeswara 1989; sumadi Suryabrata, 1991). 
            Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Hal ini berbeda dengan motivasi primer. Sebagai ilustrasi, orang yang lapar akan tertarik pada makanan tanpa belajar. Untuk memperoleh makanan tersebut orang harus bekerja terlebih dahulu. Agar dapat bekerja dengan baik, orang harus belajar bekerja. ” Bekerja dengan baik” merupakan motivasi sekunder. Bila orang bekerja dengan baik, maka ia memperoleh gaji berupa uang uang tersebut merupakan penguat motivasi sekunder. Uang merupakan penguat umum, agar orang bekerja dengan baik . bila orang memilki uang, setelah ia bekerja dengan baik maka ia dapat membeli makanan untuk menghilangkan rasa lapar (Jalaluddin Rakhmat, 1991; Sumadi Suryabrata, 1991). 
             Menurut beberapa ahli, manusia adalah makhluk sosial. Perilakunya tidak hanya terpengaruh oleh factor biologis saja, tetapi juga faktor-faktor sosial. Perilaku manusia terpengaruh oleh tiga komponen penting seperti afektif, kognitif,dan konatif. komponen afektif adalah aspek emosional.  Komponen ini terdiri dari motif sosial, sikap dan emosi. Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang terkait dengan pengetahuan. Komponen konatif adalah terkait dengan kemauan dan kebiasaan bertindak (jalaluddin Rakhmat, 1991; Sumadi Suryabrata, 1991). 
             
B. Sifat Motivasi
            Motivasi seseorang dapat bersumber dari (i) dalam diri sendiri, yang dikenal sebagai motivasi internal, dan (ii) dari luar seseorang yang dikenal sebagai eksternal. 
            Di samping itu kita bisa membedakan motivasi intrinsik yang dikarenakan orang tersebut senang melakukannya. Sebagai ilustrasi, seorang siswa membaca sebuah buku, karena ia ingin mengetahui kisah seorang tokoh, bukan karena tugas sekolah. Motivasi memang mendorong terus, dan memberi energi pada tingkah laku. Setelah siswa tersebut menamatkan sebuah buku mak ia mencari buku lain untuk memahami tokoh yang lain. Keberhasilan membaca sebuah buku akan menimbulkan keinginan baru untuk membaca buku yang lain. Dalam hal ini, motivasi intrinsik tersebut telah mengarah pada timbulnya motivasi berprestasi. Menurut Monks, motivasi berprestasi telah muncul pada saat anak berusia balita. Hal ini berarti bahwa motivasi intrinsik perlu diperhatikan oleh para guru sejak TK, SD, dan SLTP. Pada usia ini para guru masih memberi tekanan pada pendidikan kepribadian, khususnya di siplin diri untuk bermansipasi. Penguatan terhadap motivasi intrinsik perlu diperhatikan, sebab dis siplin diri merupakan kunci keberhasilan belajar (Monks, Knoers, Siti Rahayu, 1989:161-164). 
            Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya. Orang berbuat sesuatu, karena dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan menghindari hukuman. Sebagai ilustrasi, seorang siswa kelas satu SMP belum mengetahui tujuan belajar di SMP. Semula ia hanya ikut-ikutan belajar di SMP karena teman sebayanya juga belajar di SMP. Berkat penjelasan wali kelas satu SMP, siswa memahami satu faedah belajar di SMP bagi dirinya. Siswa tersebut belajar dengan giat dan bersemangat. Hasil belajar siswa tersebut sngat baik, dan ia berhasil lulus SMP dengan NEM sangat baik. Ia menyadari pentingnya belajar dan melanjutkan di SMA. Di SMA ia belajar dengan penuh semangat karena ia ingin masuk AKABRI. Berkat ketekunan dan semangat belajarnya maka ia lulus SMA dengan nilai sangat baik, dan diterima di AKABRI. Dalam contoh tersebut, motivasi ekstrinsik membuat siswa yang belajar ikut-ikutan menjadi belajar dengan penuh semangat. Siswa belajar dengan tujuanannya sendiri, berkat informasi guru. Selanjutnya siswa menyadari pentingnya belajar, dan ia belajar bersungguh-sungguh penuh semangat. Dalam hal ini motivasi ekstrinsik “dapat berubah” menjadi motivasi intrinsic, yaitu pada saat siswa menyadari pentingnya belajar, dan ia belajar sungguh-sungguhtanpa disuruh orang lain (monks, Knoers, Siti Rahayu, 1989). 
            Para ahli ilmu jiwa memberi tekanan yang berbeda pada motivasi. Akibatnya saran tentang pembelajaran juga berbeda-beda. Mc Dougall dan freud menekankan pentingnya motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Maslow dan Rogers menunjukan bahwa kedua motivasi tersebut sama pentingnya. 
            Motivasi ekstrinsik banyak dilakukan di sekolah dan di masyarakat. Hadiah dan hukuman sering digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar. Jika siswa belajar dengan hasil sangat memuaskan, maka ia akan memperoleh hadiah dari guru atau orang tua. Sebaliknya, jika hasil belajar tidak baik, memperoleh nilai kurang, maka ia akan memperoleh “peringatan atau hukuman” dari guru atau orang tua. “peringatan” tersebut tidak menyenangkan siswa. Motivasi belajar meningkat, sebab siswa tidak senang memperoleh “peringatan” dari guru atau orang tua. Dalam hal ini, hukuman dan juga hadiah dapat merupakan motivasi ekstrinsik bagi siswa untuk belajar dengan bersemangat (Siagian, 1989; Monks, Knoers, Siti Rahayu, 1989; Bigs dan Telfer, 1987; winkel, 1991). 
            Ada baiknya juga memperhatikan pandangan maslow dan rogers yang mengakui pentingnya motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Menurut Maslow setiap individu bermotivasi untuk mengaktualisasikan diri. Ciri tersebut adalah (i)berkemampuan mengamati suatu realitas secara efisisen, apa adanya, dan terbatas dari subjektivitas, (ii) dapat menerima efisien, apa adanya, dan terbatas subjektifitas, (ii) dapat menerima diri sendiri dan orang lain secara wajar,(iii) berperilaku spontan, sederhana, dan wajar, (iv) terpusat pada masalah atau tugasnya, (v) memiliki kebutuhan privasi atau kemandirian yang tinggi, (vi) memiliki kebebasan dan kemandirian terhadap lingkungan dan kebudayaanya; ia mampu mendisiplinkan diri, aktif dan bertanggung jawab atas dirinya. Penghormatan berlebihan, pemberian status, popularitas dianggap kurang penting dibandingkan dengan perkembangan diri, (vii) dapat menghargai dengan rasa hormat dan penuh gairah, (viii) dapat mengalami pengalaman puncak,seperti terwujud dalam kreativitas, penemuan, kegiatan intelektual, atau kegiatan persahabatan, (ix) memiliki rasa ketefrkaitan, solidaritas kemanusiaan yang tinggi, (x) dapat menjalin hubungna pribadi yang wajar, (xi) memiliki watak terbuka dan bebas prasangka, (xii) memiliki standar kesusilaan tinggi, (xiii) memiliki rasa humor terpelajar, (xiv) memiliki kreativitas dalam bidang kehidupan, seperti dalam pengetahuan, kesenian, atau keterampilan hidup tertentu, dan (xv) memiliki otonomi tinggi. Motivasi mengaktualisasikan diri tersebut berjalan sesuai dengan kemampuan tiap orang. Upaya memuaskan kebutuhan aktualisasi diri tersebut tentu saja tidak mudah. Sebagai ilustrasi, dapat diperhitungkan betapa sulitnya seseorang anak desa, yang berjuang sepanjang hayat, yang dikemudian hari di beri kepecayaan memimpin negara dan bangsa oleh seluruh rakyat. Apakah ia memiliki motivasi intrinsik? Apakah itu berkat motivasi ekstrinsik? Ataukah campuran keduanya? Hal ini perlu di teliti. 
            Carl rogers berpendapat bahwa setiap individu memiliki motivasi utama berupa kecenderungan aktualisasi diri. Ciri kecenderungan aktualisasi diri tersebut adalah (i) berakar dari sifat bawaan, (ii) perilaku bermotivasi mencapai perkembangan diri optimal, (iii) mengaktualisasikan diri juga bertindak sebagai evaluasi pengalaman; hal ini berarti memilih pengalaman positif untuk bekembang secara optimal. Pandangan positif yang datang dari orang lain akan memperkuat kecenderungan aktualisasi diri. Adapun ciri-ciri individu yang berkembang menjadi seorang yang beraktualisasi diri penuh adalah (i) terbuka terhadap segala pengalaman hidup, (ii) menjalani kehidupan secara berkepribadian; ia tidak terpaku pada masa lampau atau masa yang akan datang, (iii) percaya pada diri sendiri, (iv) memiliki rasa kebebasan, dan (v) memiliki kreativitas. Sebagai ilustrasi, seorang guru SMPlulusan D3. Ia bekerja didaerah terpencil, ingin memperbaiki hidup.  Ia berusaha memperoleh ijazah sarjana lulusan administrasi UT. Ia mempunyai istri dan anak; ia bertugas mendidik; ia jadi anggota LKMD; dan ia menyisakan waktu untuk belajar lnajut. Ia memiliki motivasi intrinsik mewujudkan cita-cita menjadi yang terbaik dibidang pengabdian sebagai guru. Ia memperoleh motivasi ekstrinsik, pesan pedagogis rekan sejawat untuk maju. ia memilki kenalan yang menjadi rekan mahasiswa UT. Timbulnya rasa senasib sepenanggungan sebagai guru, mahasiswa UT, peluang kerja setelah lulus jurusan administrasi UT, mendorong kegairahan hidup. Jabatan Kakandep Dikbud yang diraih, saat ia berusia 40 tahun, berkat tekad nya mendaftarkan diri sebagai mahasiswa UT pada saat usia 25 tahun (Koeswara, 1989:216-241; Monks, 1989:241-260; Sehein, 1991: 101-104) . 
            Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik dapat dijadikan titik pangkal rekayasa pedagogis guru. Sebaiknya guru mengenal adanya motivasi-motivasi tersebut. Untuk mengenal motivasi yang sebenarnya, guru perlu melakukan penelitian. Ini berarti guru SLTP dan SLTA, sesuai tuntutan profesi guru, seyogianya belajar meneliti sambil praktek mendidik disekolah. 
            Adakalanya guru menghadapi siswa yang belum memiliki motivasi belajar yang baik. Dalam hal ini seyogianya guru berpegang pada motivasi ekstrinsik.  Dengan menggunakan penguat berupa hadiah atau hukuman, seyogianya guru memperbaiki disiplin diri siswa dalam beremansipasi. 
memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat. Ulama sebagai pendidik juga bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat. 
           
2.4 Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
            Dari bagan 3.1 dapat diketahui bahwa motivasi belajar ada didalam diri siswa. Dalam kerangka pendidikan formal motivasi belajar tersebut ada dalam jaringan rekayasa pedagogis guru. Dengan tindakan pembuatan persiapan mengajar , pelaksanaan belajar-mngajar, maka guru menguatkan motivasi belajar siswa. Sebaliknya, diliat dari segi emansipasi kemandirian siswa, motivasi belajar semakin meningkat pada saat tercapainya hasil belajar.motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Sebagai ilustrasi, keinginan anak membaca buku majalah misalnya, terpengaruh oleh kesiapan alat-alat indra untuk mengucap kata , keberhasilan mengucap kata dari symbol-simbol pada huruf-huruf mendorong keinginan menyelesaikan tugas baca. (monks, 1989, singgih gunarsa, 1990)
a. Cita-cita atau aspirasi siswa
            Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan belajar berjalan,makan-makanan yang lezat, berebut permainan, dapat membaca, dapat menyanyi, dan lain-lain selanjunya keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan dikemudia hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita juga dibarengi oleh perkembangan kepribadian.
            Dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar.dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian kemauanmenjadi cita-cita. Keinginan berlangsung saat atau dalam jangka waktu singkat, sedangkan kemauan dapat berlangsung dalam waktu yang lama. Kemauan telah disertsai dengan perhitungan akal sehat. Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama. Bahkan sepanjang hayat. Cita-cita siswa untuk menjadi ”menjadi seseorang. . .”(gambaran ideal seperti pemain bulu tangkis dunia,misalnya) akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan perilaku belajar.  Misalnya siswa tersebut akan rajin berolah raga, melatih napas, berlari, meloncat, disamping tekun berlatih bulu tangkis. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsic maupun ekstrinsik. Sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri. (Monks, 1989: 241-260; Schein, 1991:87-110; singgih Gunarsa, 1990: 183-199) .
b. Kemampuan siswa
            keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya.keinginan membaca perlu dibarengi dengan kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi huruf-huruf. Kesukaran mengucapkan huruf “r” misalnya dapat diatasi dengan drill/melatih ucapan “r” yang benar. Latihan berulang kali menyebabkan terbentuknya kemampuan mengucapkan “r” atau kemampuan mengucapkan huruf-huruf yang lain , maka keinginan anak untuk membaca akan terpengaruhi. Keberhasilan membaca suatu buku bacaan akan menambah kekayaan penglaman hidup. Keberhasilan tersebut memuaskan dan menyenangkan hatinya. Secara perlahan-lahan  terjadilah kegemaran membaca pada anak ynag semula sukar membaca huruf “r” yang benar.secara ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan. Monks, 1989: 21; Singgih Gunarsa 1990: 49) .
c. Kondisi Siswa
            Kondisi siswa yang meliputi kondsi jasmanidan rohanimempengaruhi motivasi belajar.seorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seseorang siswa yang sehat, kenyang dan gembira akan mudah memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran. Anak yang sakit akan enggan belajar. Anak yang marah-marah akan sukar memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran. Sebaliknya, setelah siswa tersebut sehat ia akan mengejar ketinggalan pelajaran. Siswa tersebut dengna senang hati membaca buku-buku pelajaran agar ia memperoleh nilai rapor baik, seperti sebelum sakit. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajar.
d. Kondisi lingkungan siswa
            Lingkungan siswa dapat berupa leadaan alam, lingkungan tempat tinggal,pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakataan. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman rekan yang nakal,perkelahian antar isswa, akan mengganggu kesungguhan belajar. Sebaliknya, kampus sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun, akan memperkuat motivasi belajar. Oleh karena itu kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkugan yang aman, tentram, tertib, dan indah maka semangata dan motivasi belajar mudah diperkuat.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
            Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam,lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungna budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, televise dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar. Dengan melihat tayangan televise tentang pembangunan bidang perikanan di Indonesia Timur misalnya, maka seseorang siswa tertarik minatnya untuk belajar dan bekerja di bidang perikanan. Pebelajar yang masih berkembang jiwa raganya, lingkungan yang semakin bertambah baik berkat dibangun, merupakan kondisi dinamis yang bagus bagi pembelajaran. Guru professional diharapkan mampu memanfaatkan surat kabar, majalah, siaran radio, televise, dan sumber belajar disekitar sekolah untuk memotivasi belajar.
f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa
             Guru adalah seorang pendidik profesional. Ia bergaul setiap hari dengan puluhan atau ratusan siswa. Interaksi efektif pergaulan nya sekitar lima jam sehari. Rata-rata pergaulan guru dengan siswa SD misalnya, berkisar antara 10-20 menit persiswa. Intensitas pergaulan tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jiwa siswa. Dengan kata-kata ynag arif seperti “suaramu membaca sangat merdu” saat siswa kelas satu SD, maka pujian guru tersebut dapat menimbulkan kegemaran membaca.
            Guru adalah pendidik yang berkembang. Tugas profesionalnya mengharuskan ddia belajar sepanjang hayat. Belajar sepanjang hayat tersebut sejalan dengan masyarakat dan lingkungan sewkitar sekolah yang juga dibangun. Guru tidak sendirian belajar sepanjang hayat. Ingkungan sosial guru, lingkungan uday guru, dan kehidupan guru perlu diperhatikan oleh guru. Sebagai pendidik, guru dapat memilah dan memilih yang baik. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya pembelajarkan siswa.
            Upaya guru pembelajarkan siswa terjadi dis ekolah dan diluar sekolah. Upaya pembelajaran disekolah meliputi hal-hal berikut: (i) menyelenggarakan tertib di sekolah, (ii) membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, seperti pemanfaatan waktu dan pemeliharaan fasilitas sekolah, (iii) membina belajar tertib pergaulan, dan (iv) membina belajar tertib lingkungan sekolah. Disamping penyelenggaran tertib yang umum tersebut, maka setiap individual tiap guru menhadapi anak didiknya. Upaya pembelajaran tersebut meliputi (i) pemahaman tentang diri sisa dalam rangka kewajiban tertib belajar, (ii) pemanfaatan penguatan berupa hadiah, kritik, hukuman secara tepat guna , dan ( iii) mendidik cinta belajar.
             Upaya pembelajaran guru disekolah tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah. Pusat pendidikan luar sekolah yang penting adalah keluarga, lembaga agama, pramuka, dan pusat pendidikan pemuda yang lain. Siswa sekolah pada umumnya tergabung dalam pusat-pusat pendidikan tersebut. Guru professional dituntut menjalin kerja sama pedagogis dengan pusat-pusat pendidikan tersebut. Upaya mendidikan belajar “tertib hidup” merupakan kerja sama sekolah dan luar sekolah sebagai ilustrasi, pendidikan “tertib hidup” itu meliputi pemeliharaan kebersihan, pemeliharan fasilitas umum, tertib lalu lintas, tertib pergaulan, dan tertib hidup sebagai umat beragama (winkel, 1991: 110-135; monks, 1989: 21) .

2.5 Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
            Perilaku belajar merupakan salah satu perilaku. Seorang anak yang membaca iklan surat kabar dengan keinginan mencari sekolah yang baik akan memperoleh kkepuasan Karena ia memperoleh informasi yang benar. Keinginan belajar di sekolah tertentu dipusatkan dengan iklan yang benar. Membaca iklan tersebut sebab ia membaca dengan motivasi mencari sekolah. Hal tersebut tidak di alami oleh anak lain yang membaca iklan secara iseng. Perilaku membbaca pada anak “pencari informasi sekolah”  berbeda dengan perilaku membaca pada anak yang secara iseng membaca iklan.  Motif membaca terhadap kedua anak tersebut berbeda. Demikian halnya dengan motif belajar pada siswa yang sedang membaca buku pelajaran. Membaca dengan motivasi mencari sesuatu lebih berarti bila dibandingkan dengan membaca tanpa mencari sesuatu.
a.                   Optimalisasi penerapan prinsip belajar
            Perilaku belajar di sekolah telah menjadi pola umum. Sejak usia enam tahu, siswa masuk sekolah selama lima-enam jam sehari. Sekurang-kurangnya tiap siswa mengalami belajar di sekolah selama Sembilan tahun. Dari segi perkembangan, ada siswa yang semula hanya ikut-ikutan, suka bermain, belum mengerti faedah belajar. Dengan bermain-main merupakan hal yang menyenangkan bagi sebagian besar soswa. Siswa akan menyadari bahwa bermain, belajar sungguh-sungguh, pemberian motivasi belajar, belajar giat, istirahat,  belajar lagi, dan kemudian bekerja adalah pola perlikau kehidupan yang wajar bagi anggota masyarkat.
            Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa prinsip belajar. 
1.                  Belajar menjadi bermakna bila siswa memahami tujan belajar; oleh karena itu, guru perlu menjelaskan tujuan belajar secara hierarkis. 
2.                  Belajar menjadi bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahan masalah yang menantangnya; oleh karena itu, peletakan urutan masalah yang menantang harus disusun dengan baik.
3.                  Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan mental siswa dalam program kegiatan tertentu; oleh karena itu di samping mengajarkan bahan secara terpisah-pisah, guru sebaiknya membuat pembelajaran dalam pengajaran unit atau proyek.
4.                  Sesuai dengan perkembangan jiwa siswa, maka kebutuhan bahan-bahan belajar siswa semakin bertambah, oleh karena itu, guru perlu mengatur bahan dari yang paling sederhana sampai paling menantang.
5.                  Belajar menjadi menantang bila siswa memahami prinsip penilaian dan faedah nilai belajarnya bagi kehidupan di kemudiana hari; oleh karena itu, guru perlu memberitahukan kriteria keberhasilan atau kegagalan belajar.

b.                  Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran
            Seorang siswa akan belajar dengan seutuh pribadinya. Perasaan, kemauan, pikiran, perhatian, fantasi, dan kemampuan yang yang lain tertuju pada belajar. Meskipun demikian ketertujuan tersebut tidak selamanya berjalan dengan lancar.
Guru adalah pendidik dan sekaligus pembimbing belajar. Guru lebih memahami keterbatasan waktu bagi siswa. Seringkali siswa lengah tentang nilai kesempatan belajar. Oleh karena itu guru dapat mengupayakan optimalisasi unusur-unsur dinamis yang ada dalam diri siswa dan yang ada dalam lingkungan siswa.
1.                  Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan belajar yang dialaminya.
2.                  Memelihara minat, kemauan dan semangat belajarnya sehingga terwujud tindak belajar; betapa lambat gerak belajar, guru “tetap secara terus-menerus” mendorong; dalam hal ini berlaku semboyan “lambat asal selamat, tak akan lari gunung dikejar”.
3.                  Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar; misalnya surat kabar, dan tayangan televise yang mengganggu pemusatan perhatian belajar agardicegah.
4.                  Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasan gembira terpusat pada perilaku belajar; pada tingkat ini guru memberrlakukan upaya “belajar merupakan aktualisasi diri siswa”
5.                  Meminta kesempatan pada orang tua siswa atau wali murid, agar memberi kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar.
6.                  Guru merangsang siswa dengan penguatan dengan memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan “pasti berhasil”; sebagai ilustrasi, siswa dibebaskan rasa harga dirinya dengan berbuat sampai berhasil.

c.                   Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa
            Perilaku belajar siswa merupakan rangkaian tindak-tindak belajar setiap hari. Perilaku belajar setiap hari bertolak dari jadwal pelajaran sekolah. Untuk menghadapi hari pertama masuk sekolah guru telah membuat rancangan pengajaran. Sedangkan siswa telah terbiasa dengan membaca buku pelajaran.
            Siswa mempelajari berbagai mata pelajaran selama dua puluh sampai tiga puluh jam pelajaran tiap minggu. “jatah bahan pelajaran ” tiap tahun terdiri dari beberapa buku pelajaran. Dan buku-buku pelajaran tersebut terhitung sampai dua ratus hingga tiga ratus halaman per-buku. Tiap siswa memiliki kecepatan membaca buku sendiri: sebagai ilustrasi, siswa kelas lima SD menghabiskan waktu tiga puluh menit untuk memahami bahan sejumlah enam halaman. Kecepatan membaca buku tersebut berpengaruh pada penyelesaian belajar tiap hari. Secara umum diketahui siswa SD memerlukan waktu hingga dua atau tiga jam tiap hari. Di harapkan dalam rentan waktu tersebut dapat menjadi kebiasaan bagi siswa.
            Guru adalah penggerak  perjalanan bagi belajar siswa. Sebagai penggerak, maka guru perlu memahami dan mencatat kesukaran-kesukaran siswa. Sebagai fasilitator belajar, guru diharapkan memantau ‘tingkat kesukaran pengalaman belajar” dan segera membantu mengatasi kesukaran belajar. “bantuan mengatasi kesukaran belajar” perlu diberikan sebelum siswa putus asa. Guru wajib menggunakan pengalaman belajar dan kemampuan siswa dalam mengelola siswa belajar.
1.                  Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya; tiap membaca bahan belajar siswa mencatat hal-hal yang sukar, catatan hal-hal yang sukar tersebut diserahkan kepada guru.
2.                  Guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi siswa.
3.                  Guru memecahkan hal-hal yang sukar.
4.                  Guru mengajarkan cara memecahkan dan mendidikan keberanian mengatasi kesukaran.
5.                  Guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran.
6.                  Guru memberi kesempatan kepada siswa yang mampu memecahkan masalah untuk membantu rekan-rekanya yang mengalami kesukaran .
7.                  Guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi kesukaran belajarnya sendiri.
8.                  Guru menghargai pengalaman dan kemamouan siswa agar belajar secara mandiri. (Monks, 1989: 293-305; Winkel, 1991: 110-119; Joyce & Weil, 1980: 105-129 dan 147-143)

d.                  Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar
            Belajar di sekolah menjadi pola umum kehidupan warga masyarakat Indonesia. Dewasa ini keinginan hidup lebih baik telah dimiliki oleh masyarakat.  Belajar telah dijadikan alat hidup.           Wajib belajar Sembilan tahun menjadi kebutuhan hidup. Oleh karena itu warga masyarakat mendambakan agar anak-anaknya memperoleh tempat belajar di sekolah yang baik.
Sejak usia enam tahun siswa telah memperoleh kesempatan belajar disekolah. Dengan belajar membaca, menulis dan matematika di kelas rendah SD, siswa memiliki keterampilan dasar.             Dengan keterampilan dasr tersebut, siswa dapat memuaskan rasa ingin tahunya lewat membaca, mengamati, dan bernalar. Pemerolehan pengetahuan awal ini menimbulkan rasa percaya diri.
            Cita-cita awanya adalah ingin menjadi orang baik. Inigin berguna dan bebas 3 B (buta aksara, buta bahasa Indonesia, dan buta pengetahuan umum). Keterampilan dasar 3M telah dihayati sebagai kebutuhan vital sejak anak kecil. Pemenuhan kebutuhan tersebut terjadi bila anak sekolah.
            Memasyarakatkan “cita-cita untuk hidup lebih baik” tersebut akan mempunyai pengaruh pada generasi muda. Namun pengaruh tersebut di kembangkan lebih lanjutoleh guru dan pebdidik yang lain. Pengaruh yang bersifat individual, seperhalnya dengan makanan yang bergizi. Sekolah sebagai pusat kegiatan belajar adalah tempat tim guru professional mendidik. Tim guru bekerja secara berkesinambungan, sejak TK, SD, SLTP, SLTA. Dengan berlangsungnya wajib belajar Sembilan tahun setiap siswa lulusan SLTP, sekurang-kurangnya telah bergaul dengan 25 orang guru. Kedua puluh lima orang guru tersebut membangun dasar kepribadian warga masyarakat. Guru berkesepakatan mengembangkan cita-cita belajar. Pengembangan cita-cita belajar tersebut juga menjadu cita-cita masyarakat yang berubah menjadi masyarakat belajar.
            Guru adalah pendidik anak bangsa. Ia berpeluang merekayasa dan mendidikan cita-cita bangsa. Mendidikan cita-cita belajar pada siswa merupakan upaya memberantas kebodohan masyarakat.
1.                  Guru menciptakan suasana belajar yang menggembirakan , seperti mengatur kelas yang indah dan tertib.
2.                  Guru mengikutsertakan semua siswa untuk memelihara fasilitas belajar.
3.                  Guru mengajak serta siswa untuk membuat perlombaan unjuk belajar, seperti lomba baca, karya ilmiah, tanam bunga, melukis, kerajinan dll.
4.                  Guru mengajak serta orang tua siswa untuk memperlengkap fasilitas belajar seperti buku bacaan, majalah, alat olah raga, dll.
5.                  Guru memberanikan siswa untuk mencatat keinginan-keinginan di notes pramuka, dan mencatat keinginan yang tercapai dan tak tercapai.
6.                  Guru bekerja sama dengan pendidik lain seperti orang tua, ulama atau pendeta, pramuka dan para instruktur pendidik pemuda, untuk mendidikan mengembangkan cita-cita belajar sepanjang hayat.
Dalam rangka pengembangan cita-cita belajar tersebut, guru dan pendidik lain dapat membuat program-program belajar. Program-program yang dapat dilakukan bersama antar lain;
1.                  Program baca yang diselenggarakan untuk menyambut hari kemerdekaan
2.                  Program lomba karya tulis ilmiah, seni rupa, kerajinan, unjuk kreatifitas seni, dan
3.                  Program kebaktian social bagi siswa dan karang taruna.
            Guru dan pendidik lain yang berlaku “tut wuri handayani”. Secara ringkas dapat di kemukakan bahwa pengembangan cita-cita belajar tersebut ‘ditempuh” dengan jalan membuat kegiatan belajar sesuatu. Sebaliknya, dorongan keberanian untuk memiliki cita-cita diberikan kepada setiap siswa yang berasal dari semua lapisan masyarakat.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Motivasi dan Belajar Menurut Para Ahli
A. Pengertian Motivasi
            1.       Tabrani Rusyam (1980:100) Motivasi adalah perbuatan energi dalam diri seseorang ditandai dengan timbulnya perasaan dari reaksi untuk mencapai tujuan.
            2.       Soejono Trimo (1986:174) Motivasi pada hakikatnya merupakan suatu karakteristik atau suatu kepribadian yang cukup stabil sehingga setiap individu dipandang berbeda dari individu yang lain, termasuk orientasinya terhadap pekerjaan/tugasnya.
            3.       Sardiman AM (1996:75) Motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
            4.       Koeswara, 1989; Siagian, 1989; Schein,1991; Biggs dan Telfer, 1987. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar. 
           
B. Pengertian Belajar
  
Secara umum belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan dalam tingkah laku atau  kecakapan manusia, yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisiologis.
            Adapun pengertian belajar menurut beberapa para ahli:
            1.      Ernest R. Hilgard dalam bukunya yang berjudul “Introduction To Psychology”. Belajar adalah suatu proses dimana ditimbulkan atau dirubahnya suatu kegiatan, karena mereaksi terhadap suatu keadaan.
            2.      H. C. Witherington dalam bukunya “Educational Psychology” Mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.
            3.      Gagne, 2004. Belajar adalah sebuah sistem yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku.
  Pengertian Motivasi Belajar
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (dalam artian belajar)  untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 
Motivasi diperlukan dalam melakukan berbagai kegiatan, karena motivasi merupakan salah satu cara untuk fokus terhadap suatu tujuan yang telah ditetapkan. Begitu pula dalam hal belajar, motivasi juga sangat diperlukan dan dianggap sebagai suatu keharusan dalam mencapai tujuan belajar. Di mana untuk menuju tujuan belajar tersebut, motivasi berfungsi sebagai penyeleksi segala kegiatan yang kita kerjakan, yakni menentukan kegiatan yang bermanfaat guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan kegiatan yang tidak bermanfaat secara langsung terhadap tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain motivasi yang diharapkan adalah sebagai motor penggerak dari setiap kegiatan proses belajar mengajar untuk menuju suatu tujuan tertentu. Semakin tepat pemberian motivasi, maka semakin mudah pula untuk menuju dan mewujudkan tujuan belajar yang bermuara akhir pada hasil pembelajaran berupa prestasi yang baik. Sehingga motivasi sangat dianggap penting dalam proses pembelajaran, baik peserta didiknya maupun pendidiknya.
Dalam segi peserta didik, motivasi belajar berfungsi sebagai berikut:
1.      Mendorong manusia untuk berbuat atau kegiatan yang akan dikerjakan
2.      Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
3.      Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
4.      Pendorong usaha dan pencapaian prestasi.
     

3.2 Fungsi dan Ciri Motivasi
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melaksanakan aktivitas belajar. Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Menurut Djamarah (2002 : 123) ada tiga fungsi motivasi:
  1. Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar.
  2. Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung,yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik.
  3. Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan.
Menurut Hamalik (2003:161) fungsi motivasi adalah :
  1. Mendorong timbulnya suatu kelakuan atau perbuatan. Tanpa adanya motivasi maka tidak akan timbul perbuatan seperti belajar
  2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan.
  3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Motivasi berfungsi sebagai mesin dalam mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan.
Menurut Sardiman (2006:85) ada 3 fungsi motivasi :
  1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
  2. Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai
  3. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan tujuan-tujuan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
            Dengan adanya usaha yang tekun dan didasari motivasi maka siswa akan belajar dengan baik dan prestasi belajar akan optimal.
.                 Ciri-ciri motivasi
            Menurut Sardiman (2006 : 83) motivasi pada  diri seseorang itu memiliki ciri-ciri :
 1. Tekun menghadapi tugas
 2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
 3.  Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
 4.  Lebih senang bekerja mandiri
 5. Tidak cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin
 6.  Dapat mempertahankan pendapatnya
 7.  Tidak cepat menyerah terhadap hal yang diyakini
 8.  Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
            Apabila seseorang mempunyai ciri-ciri tersebut, berarti siswa mempunyai motivasi yang cukup kuat. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik jika siswa memiliki minat untuk belajar, tekun dalam menghadapi tugas, senang memecahkan soal-soal, ulet dalam mengatasi kesulitan belajar.
3.3 Komponen Utama Motivasi
            Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu (i) kebutuhan, (ii) dorongan, dan (iii) tujuan.
A. Kebutuhan
            Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. sebagai ilustrasi, siswa merasa bahwa hasil belajaranya rendah, padahal ia memiliki buku pelajaran yang lengkap. Ia merasa memiliki cukup waktu, tetapi ia kurang baik mengatur waktu belajar. Waktu belajar yang digunakannya tidak memadai untuk mempeoleh hasil belajar yang baik. ia membutuhkan hasil belajar yang baik. oleh karena itu siswa mengubah cara-cara  belajarnya.
B. Dorongan
            Merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientaasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi. Sebagai ilustrasi, siswa kelas tiga SMA memiliki harapan untuk dapat diterima sebagai mahasiswa fakultas tenik. Siswa tersebut mengambil kursus tambahan dan belajar lebih giat. Menyadari hasil belajar bertambah baik tersebut, maka semangat belajar siswa semakin tinggi.
C. Tujuan
            Adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar. Pada kasus siswa mengambil kursus dan bersemangat belajar tinggi tersebut menunjukkan bahwa siswa bertujuan lulus UMPTN dan diterima di fakultas teknik (Koeswara, 1989; Siagian, 1989; Schein, 1991; Biggs & Telfer, 1987).
            Ada baiknya bila pembahasan dilanjutkan kepada hal yang berkenaan dengan kebutuhan. Maslow membagi kebutuhan menjadi lima tingkat, yaitu (i) kebutuhan fisiologis, (ii) kebutuhan akan perasaan aman, (iii) kebutuhan sosial, 9iv) kebutuhan akan penghargaan diri, dan (v) kebutuhan untuk aktualisasi diri. kebutuhan fisiologis berkenaan dengan kebutuhan pokok manusia seperti pangan, sandang, dan perumahan. Kebutuhan akan rasa aman berkenaan dengan keamanan yang bersifat ifsik dan psikologis. Sebagai ilustrasi, individu tidak boleh diganggu secara fisik dan biarkan untuk berkreasi. Kebutuhan sosial berkenaan dengan perwujudan berupa ditrima oleh orang lain, jati diri yang khas, berkesempatan maju, merasa diikutsertakan, dan pemilikan harga diri.
            Sebagai illustrasi, individu diperbolehkan menumbuhkan jati dirinya, dan dia ”diorangkan” oleh masyaraktnya. Kebutuhan untuk aktualisasi diri berkenaan dengan kebutuhan individu untuk menjadi sesuatu yang sesuai dengan kemampuannya. Sebagai ilustasi, seorang anak desa boleh menjadi seorang prajurit, berpangkat jendral, dan menjadi kepala negara, karena dia mampu dan diberi peluang.
            Ahli lain, Mc. Cleland berpendapat bahwa setiap orang memiliki tiga jenis kebutuhan dasar, yaitu (i) kebutuhan akan kekuasaan, (ii) kebutuhan untuk berafiliasi, dan (iii) kebutuhan berprestasi. Kebutuhan akan kekuasaan terwujud dalam keinginan mempengaruhi orang lain. Sebagai ilustrasi, sseorang siswa kelas dua SMP mengajak teman sebayanya berkemah. Jika sebagian besar teman sepakat, ia merasa senang. Jika ada yang membantah, ia berupaya agar teman tersebut menyetujuinya. Kebutuhan berafiliasi tercermin dalam terwujudnya situasi bersahbat dengan orang lain. Sebagai ilustrasi, seorang siswa SMP menghimpun rekan bermain tenis meja tanpa membedakan asal sekolah. Kebutuhan berprestasi terwujud dalam keberhasilan melakukan tugas-tugas yang dibebankan. Sebagai ilustrasi, seoarng siswa memimpin regunya untuk memenangkan pertandingan bola voli menghadapi sekolah lain. Siswa tersebut juga ikut serta lomba baca puisi dan memenangkannya. Ketiga kebutuhan dasar tersebut sebenarnya saling melengkapi.
            Dari segi dorongan, menurut Hull dorongan atau motivasi berkembang untuk memenuhi kebutuhan oraganisme. Di samping itu juga merupakan sistem yang memungkinkan organisme dapat memelihara kelangsungan hidupnya. kebutuhan-kebutuhan organisme merupakan penyebab munculnya dorongan, dan dorongan akan mengaktifkan tingkah laku mengembalikan keseimbangan fisiologis organisme. Tingkah laku organisme terjadi disebabkan oleh respons dari organisme, kekuatan dorongan orgainsem, dan penguatan kedua hal tersebut. Hull memang menekankan doorngan sebagai motivasi penggerak utama perilaku, tetapi kemuadian juga tidak sepenuhnya menolak adanya pengaruh faktor-faktor eksternal. Dalam hal ini insentif (hadiah atau hukuman) mempengaruhi intesitas dan kualitas tingkah laku organisme. Sebagai ilustrasi, seoarng siswa SMP yang berlomba pada suatu kejuaraan lari di PON. Semua ia merespons aba-aba awal, berlari secepat mungkin, dan makin bersemangat pada saat mendekati garis finis: tepukan penonton lebih memperkuat semangatnya untuk memenangkan perlombaan. Teori Hull merupakan dasar yang penting untuk penelitian tentang motivasi lebih lanjut. Teori dorongan Hull ini juga berguna dlaam pembelajaran (Koeswara. 1989; Siagian, 1989; Schein, 1991; Biggs & Telfer, 1987).
            Dari segi tujuan, maka tujuan merupakan pemberi arah ada perilaku, secara psikologis, tujuan merupakan titik akhir “sementara” pencapaian kebutuhan. Jika tujuan tercapai, maka kebutuhan terpenuhi untuk “sementara” jika kebutuhan terpenuhi, maka orang menjadi puas dan dorongan mental untuk berbuat “terhenti sementara”. Sebagai ilustrasi Siswa kelas tiga SMA yang ingin diterima belajar di fakultas teknik. Siswa tersebut belajar dengan giat sejak awal. Dalam belajar ia memiliki tujuan agar hasil belajarnya selalu baik. pada akhri semester, ia memiliki nilai tergolong baik dan menduduki peringkat atas di kelasnya. Ia mempergiat belajar, sebab menjadi juara kelas bukan tujuan yang diinginkan. Paada saat menghadapi ujian EBTANAS ia masih bergiat belajar. Ia memperoleh nilai sangat baik dalam EBTANAS. Tetapi lulus EBTANAS bukanlah tujuan akhir, hanyalah tujuan “sementara”. Ia belajar dengan bersemangat dlam menghadapi UMPTN. Dengan ketekunan belajar tersebut ia diterima di fakultas tekik yang terkenal. Sebelum masuk kuliah ia belum giat belajar, sebab keinginan masuk ke fakultas teknik telah tercapai. Setelah kuliah dimulai, mahasiswa fakultas teknik tesebut mulai belajar lagi. Tujuan belajar yang baru baginya adalah lulus fakultas teknik dan memperoleh pekerjaan di perusahaan yang terkenal. Untuk lulus fakultas teknik tersebut ia harus lulus ujian semua mata kuliah. Oleh karena itu, ia bersemangat belajar tinggi menghadapi mata kuliah sejak semester satu. Ia memelihara semangat belajar yang tinggi sampai lulus fakultas teknik.
            Lama kekuatan mental dalam diri individu adalah sepanjang tugas perkembangan manusia. Menurut Havighurst tugas-tugas perkembangan tersebut meliputi masa bayi, anak sekolah, masa muda, masa dewasa muda, usia tengah baya, dan masa dewasa lanjut. Siswa SLTP dan SLTA memikul tugas perkembangan masa muda dalam masa ini siswa belajar menerima peran di komunitasnya, belajar secara bertanggungjawab demi masa depan sendiri, dan belajar berbagai keterampilan hidup.
            Menurut Monks, kekuatan mental atau kekuatan motivasi tersebut dapat dipeliahara. Perjalanan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar dapat diperkuat dan dikembangkan. Menurut Monks, paham-paham interaksionis, paham tugas perkembanga, dan teori emansipasi mengakui pentingnya pemeliharaan kekuatan motivasi belajar. Dorongan dari dalam atau kekuatan mental dan pengaruh dari luar berpengaruh pada kemajuan individu. Interaksi kekuatan mental dan lingkungan luar tersebut ditentukan pula oleh respons dan prakarsa pribadi pelaku.

3.4 Contoh Jenis dan Sifat Motivasi Menurut Para Ahli
A. Motivasi primer
            Adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar.  Motif- motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Manusia adalah mahluk berjasmani, sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya.  Mc dougall misalnya, berpendapat bahwa tingkah laku terdiri dari pemikirian tentang tujuan, perasaan subjektif, dan dorongan mencapai kepuasan.  Insting itu memiliki tujuan dan memerlukan pemuasaan. Tingkah laku insting tersebut dapat diaktikan, dimodifikasi, dipicu secara spontan, dan dapat diorganisasikan. Diantara insting yang penting adalah memelihara, mencari makan, melarikan diri, berkelompok, mempertahankan diri, rasa ingin tahu, membangun, dan kawin (koeswara,1989; jalaludin rakhmat, 1991) . 
B. Motivasi sosial atau motivasi sekunder
            Motivasi ini memegang peran penting bagi kehidupan mansusia. Para ahli membagi motivasi sekunder tersebut menurut pandangan yang berbeda-beda. Thomas dan znaniecki menggolong-golongkan motivasi sekunder menjadi keinginan-keinginan (i) memperoleh pengalaman baru, (ii) untuk mendapat respons, (iii) memperoleh pengakuan, dan (iv) memperoleh rasa aman. Mc Cleland menggolongkannya menjadi kebutuhan-kebutuhan untuk (i) berprestasi, seperti bekerja dengan kualitas produksi tinggi, dan memperoleh IPK 3,50 ke atas, (ii) memperoleh kasih sayang seperti rela berkorban untuk srsama, dan (iii) memperoleh kekuasaan, seperti kesetiaan pada tujuan perkumpulan. 
            Maslow menggolongkannya menjadi kebutuhan-kebutuhan untuk (i) memperoleh rasa aman, (ii) memperoleh kasih sayang dan kebersamaan, (ii) memperoleh penghargaan, dan  (iv) pemenuhan diri atau aktualisasi diri. Pemenuhan diri tersebut dilakukan dengan berbagai cara seperti ungkapan dalam kesenian, berdramawisata, membentuk hubungan persahabatan, atau berusaha menjadi teladan. 
            Ahli lain, Marx menggolongkan motivasi sekunder menjadi (i) kebutuhan organisme seperti motif ingin tahu, memperoleh kecakapan, berprestasi, dan (ii) motif-motif sosial seperti kasih sayang, kekuasaan dan kebebasan (jalaluddin rakhmat, 1991: 34-39 ;sumadi suryabrata, 1991: 250-253; singgih Gunarsa, 1990: 115-125). 
            Perilaku motivasi sekunder juga terpengaruh oleh adanya sikap. Sikap adalah suatu motif yang dipelajari. Ciri-ciri sikap, yakni (i) merupakan kecenderungan berpikir, merasa, kemudian bertindak, (ii) memiliki daya dorong bertindak, dan (v) dapat timbul dari pengalaman, dapat dipelajari atau berubah. 
            Perilaku juga terpengaruh oleh emosi. Emosi menunjukan adanya sejenis kegoncangan seseorang. Kegoncanngan tersebut disertai proses jasmani, perilaku, dan kesadaran. Emosi memiliki fungsi sebagai (i) pembangkit energy; misalnya, karena dicemoohkan orang menjadi berusaha keras sehingga berhasil; (ii) pemberi informasi pada orang lain, seperti rasa sedih terlukis dalam wajah, (iii) pembawa pesan dalam berhubungan dengan orang lain, seperti pembicara yang bersemangat menimbulkan semangat kerja, dan (iv) sumber informasi tentang diri seseorang, seperti pemerolehan rasa sehat wal afiat. Emosi memiliki intensitas dan lama berlaku. Ada emosi yang ringan, kuat, dan disintergratif. Emosi yang ringan berakibat meningkatkan perhatian pada objek yang dihargai. Misalnya, orang tertarik pada tontonan yang memikat. Emosi kuat disertai perubahan fisiologis yang kuat. Misalnya orang marah, maka detak jantung bertambah dan perbahsan meningkat. Emosi yang disintegratif terjadi bila kekuatan emosi memuncak, dan terjadi perubahan perilaku.  Misalnya, orang yang berada dalam perdebatan dapat berubah menjadi perkelahian. Dari segi lamanya berlaku, ada emosi yang berjalan sebentar, berjam-jam, atau bahkan beberapa hari. Bagi kepentingna tugas perkembangan maka yang diperlukan emosi yang berlangsung dalam waktu beberapa hari, berminggu-minggu, bahkan sepanjang masa belajar (Jalalludin Rakmat, 1991; Sumadi Suryabrata, 1991; Biggs & Telfer, 1987). 
            Perilaku juga terpengaruh oleh kebiasaan dan kemauan. Kebiasaan merupakan perilaku menetap dan berlangsung otomatis. Kemungkinan besar, perilaku tersebut merupakan hasil belajar. Kemauan merupakan tindakan mencapai tujuan secara kuat. Kemauan seseorang timbul karena adanya (i) keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan, (ii) pengetahuan tentang cara memperoleh tujuan, (iii) energi dan kecerdasan, dan (iv) pengeluaran energi yang tepat untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain, kebiasaan dan kemauan seseorang mempertinggi motif untuk berperilaku. Motivasi belajar diperkuat dengan adanya sikap, emosi, kesadaran, kebiasaan, dan kemauan (Sumadi Suryabrata, 1991; Singgih Gunarsa, 1990; Monks, Knoers, Siti Rahayu, 1989).
             Bagan 3. 1 melukiskan perilaku belajar yang mengandung motivasi belajar, yang dikelola oleh guru dan dihayati oleh siswa. Bagan 3. 1 melukiskan hal berikut:

            (1) Guru adalah pendidik yang berperan dalam rekayasa pedagogis. Ia menyusun desain pembelajaran, dan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Guru bertindak membelajarkan siswa yang memiliki motivasi intrinsik. 
            (2) Siswa adalah pebelajar yang paling berkepnetingan dalam menghayati belajar. Ada siswa yang telah berkeinginan memperoleh pengalaman, keterampilan, dan pengetahuan sejak kecil. Siswa tersebut memiliki motivasi intrinsik. Siswa yang lain baru memilki keinginan memperoleh pengalaman, keterampilan, dan pengetahuan berkat teman sebayanya. Mereka ini memilki motivasi ekstrinsik.
             (3) dalam proses belajar mengajar, guru melakukan tindakan mendidik seperti memberi hadiah, memuji, menegur, menghukum,atau memberi nasihat.  Tindakan guru tersebut berarti menguatkan motivasi intrinsic; tindakan guru tersebut juga berarti mendorong siswa belajar, suatu penguatan motivasi ekstrinsik. Siswa tertarik belajar karena ingin memperoleh hadiah atau menghindari hukuman. Dalam hal ini siswa “menghayati” motivasi intrinsic atau motivasi ekstrinsik, dan bertambah bersemangat untuk belajar. Sesuai dengan tugas perkembangan, maka siswa dapat bangkit untuk beremansipasi menjadi mandiri. Emansipasi kemandirian tersebut berlangsung sepanjang hayat sesuai dengan tingkat pertumbuhan dalam memenuhi kebutuhan pribadi.
             (4) dengan belajar yang bermotivasi, siswa memperoleh hasil belajar.  Hasil belajar dapat dikategorikan sebagai hasil belajar sementara, bagian, tak lengkap, atau yang lengkap dari segi rekayasa, maka hasil belajar tersebut di bedakan menjadi
             (5) Dampak belajar dan dampak pengiring.  Dampak pengajaran adalah hasil belajar yang segera dapat diukur, yang terwujud dalam nilai rapor, nilai EBTANAS, nilai ijazah atau transkip IP.  Sebagian besar  rekayasa pedagogis guru terwujud sampai pada dampak pengajaran.
            (6) Dampak pengiring adalah unjuk kerja siswa setelah mereka lulus ujian atau merupakan transfer hasil belajar disekolah. Munculnya dampak pengiring bila lulusan sekolah menghadapi masalah. Dampak pengiring terletak dalam kepentingan siswa sendiri.  Dari segi tugas perkembangan jiwa, maka dampak pengiring merupakan unjuk tugas perkembangan untuk mencapai aktualisasi diri secara penuh. Dampak pengiring merupakan sarana untuk melakukan emansipasi kemandirian bagi siswa. 
            (7) Setelah siswa lulus sekolah, sekurang-kurangnya selesai waib belajar Sembilan tahun, maka diharapkan mengembangkan diri lebih lanjut.  Lulusan sekolah dapat membuat program belajar semua hayat, lewat jalur sekolah atau luar sekolah. 
            (8) dengan memrogram belajar sendiri secara bersinambungan, maka ia memperolh hasil belajar atas tanggung jawab sendiri. Di tinjau dari segi siswa sebagai siswa, maka emansipasi kemandirian berupa rangkaian program belajar sepanjang hayat. Dalam hal ini sang siswa telah mampu memperkuat motivasi belajar sendiri karena kebutuhan aktualisasi diri . (Schein, 1991:101-106; Koeswara , 1989, monks, 1989; joyce & weil, 1980; winkel , 1991: 144-187)


 
BAB III
PENUTUP

4.1 Simpulan
            Motivasi memegang peranan yang penting dalam proses belajar. Apabila guru dan orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada sisiw atau anaknya, maka dalam diri siswa atau anak akan timbul dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. memberikan motivasi yang baik dan sesuai, maka anak dapat menyadari akan manfaat belajar dan tujuan yang hendak dicapai dengan belajar tersebut. motivasi bealjar juga diharapkan mampu menggugah semangat belajar, terutama bagi para siswa. Berdasarkan definisi-definisi para ahli, maka motivasi belajar adalah dorongan atau hasrat kemauan untuk melaksanakan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan.
            Seorang guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan inspirator dari proses kegiatan belajar mengajar dikelas. Sehingga semua kualitas dari dalam diri anak-anak didiknya memiliki jiwa dimana terletak sumber dari segala potensi-potensinya. Karena ketidaktahuannyalah maka kita sebagai seorang guru adalah pemandu spiritual untuk membantu memberikan pengetahuan kepada jiwa anak-anak didik kita. Keterlibatan jiwa seorang murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar, akan memberikan motivasi kuat kepada mereka. Anak-anak didik kita akan merasa dirinya berharga untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.

4.2 Saran
     Apa yang dijelaskan penyusun dalam makalah hanya sedikit tentang penjelasan tentang motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, bagi para pembaca yang sudah membaca makalah ini diharapkan membaca sumber lain yang berhubungan dengan materi tersebut untuk memperoleh materi dan wawasan yang lebih luas.